Oleh: Muhammad Syarkawi Rauf
(Dosen FEB Unhas)
HARIAN.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Akronim BRIC pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom kenamaan Jim O’neil pada tahun 2001. Akronim BRIC mewakili empat negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada saat itu, yaitu Brazil, Rusia, India dan China.
Keempat negara tersebut diperkirakan akan memiliki pengaruh sangat kuat dalam perekonomian global pada tahun 2050. Pembentukan BRIC secara formal menjadi organisasi yang mewakili emerging market economies (EMEs) pada tahun 2008. Kelompok ini kemudian diperluas keanggotaannya dengan mengundang South Africa (Afrika Selatan) pada tahun 2011. Hal ini mengubah akronim BRIC menjadi BRICS.
Tujuan pembentukan BRICS adalah untuk menghadirkan tatanan dunia baru yang multipolar atau multikutub. Artinya, sejak awal kehadiran BRICS memang ditujukan untuk memberikan koreksi terhadap tatanan global yang unipolar dengan Amerika Serikat (AS) sebagai penguasa tunggal.
Lanskap global pada era perang dingin menghadap-hadapkan dua negara adidaya secara ekonomi dan militer, yaitu Uni Soviet (Soviet Union) dengan AS. Paska runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 menghadirkan tatanan global baru yang didominasi oleh AS yang menjadikan AS sebagai satu-satunya pemimpin dunia.
Dimana terjadi kontestasi selama kurang lebih 50 tahun, terhitung sejak perang dunai pertama dan kedua hingga tahun 1991, antara komunisme dan sosialisme yang dipimpin oleh Uni Soviet melawan kapitalisme yang dipimpin oleh AS. Dimana kapitalisme pimpinan AS keluar sebagai pemenangnya.