Istirahat dari sepak bola tak membuat Evan Dimas jauh dari lapangan. Gerakan tari yang kompak dan memasukkan unsur keindahan dalam permainan tradisional memantapkan dia untuk menjadi pelatih SSB.
BAGUS PUTRA PAMUNGKAS, Tulungagung
EVAN Dimas didatangi seorang pria ketika sedang cangkrukan di Sanggar Saraswati, Tulungagung. Pria itu kemudian bilang ke Evan:’’Iku lho, ono bocah sing pengen dilatih bal-balan,’’ ujar pria tersebut seperti ditirukan Evan.
Pemain jebolan Mitra Surabaya itu tidak pikir panjang. Dia langsung menuju lapangan Desa Mojoarum. Hanya berjarak sekitar 200 meter dari sanggar. Tapi, hanya ada satu bocah yang ada di lapangan. Dia adalah Azka Aldric Aqila.
’’Tapi, saya tetap melatih anak itu,’’ kata Evan saat ditemuiJawa Posdi lapangan Desa Mojoarum, Minggu (9/2), kepada Jawa Pos (group Fajar). Bocah 11 tahun tersebut resmi menjadi murid pertamanya. Seusai latihan, Evan meminta Azka datang lagi besoknya. ’’Ternyata dia sakit. Katanya tifus. Saya mbatin: apa gara-gara saya memberi latihan terlalu keras?’’ katanya.
Ternyata, dugaan Evan keliru. Selang beberapa pekan, Azka datang untuk latihan. Dia malah membawa dua temannya: Hatma Qobil Patu dan Dzakka Ariq Asfa Qays. ’’Selama satu bulan, saya hanya melatih tiga anak itu,’’ ungkap Evan. Tapi, dia sama sekali tidak minder.
Sebab, Evan ingin menyalurkan ilmunya. Makin lama, peserta latihan bertambah. Seperti yang dilakukan Achmad Rifai. Orang tua Rafael Arrkan Emraldi itu membawa anaknya berlatih bersama Evan. ’’Awalnya anak saya cuma latihan di perumahan. Karena tahu Evan melatih di sini, saya tawarkan untuk ikut latihan. Dan, dia mau,’’ ujarnya.