English English Indonesian Indonesian
oleh

Ketika Evan Dimas Jadi Pelatih; Gabungkan Olahraga dan Kesenian Tradisional

Kini, ada 17 bocah yang rutin ikut latihan. Latihan digelar tiga kali seminggu. Pada Kamis, Jumat, dan Minggu pagi. Evan menyematkan nama SSB Saraswati. ’’Karena selama di Tulungagung, saya tinggal di Sanggar Saraswati. SSB ini menjadi bagian dari sanggar juga,’’ jelas pemain yang mengantongi lisensi pelatih C AFC tersebut.

Di sanggar itulah, Evan mantap menjadi pelatih SSB. Dari gamelan, tari, hingga karawitan, dia terinspirasi untuk mengusung sepak bola indah. ’’Saya tersadar waktu lihat gerakan para penari. Semua gerakannya sama. Ketukannya sama. Lalu, saya pikir, kenapa sepak bola tidak dibikin seindah itu?’’ ungkap pemain 29 tahun tersebut.

Evan sadar bahwa unsur keindahan dalam sepak bola mulai hilang. Karena itu, Evan kemudian memasukkan unsur permainan tradisional dan seni dalam sepak bola. ’’Karena seni akan melatih keluwesan dan dari beberapa permainan tradisional, bisa lahir koordinasi tim. Seperti gobak sodor untuk pertahanan,’’ katanya.

Beres latihan, anak-anak diajak ke sanggar. Melihat pertunjukan tari hingga karawitan. Lalu, selama latihan, dia meminta anak asuhnya tidak main kasar. ’’Percuma kalau menang, tapi caranya tidak benar. Harus fair play. Mainlah dengan indah, maka lawan akan memberi applause ketika menang,’’ terangnya.

Bagi Evan, itu adalah modal utama dalam bermain sepak bola. ’’Itu adalah landasan moral bagi anak-anak agar mental itu bisa dibawa saat mereka dewasa nanti,’’ jelasnya. Dia pun sudah menanamkan nilai tersebut dalam latihan. Hal itu membuat pihak perangkat Desa Mojoarum ikut bangga. Bahkan, lapangan tempat SBB Saraswati latihan akan diperbaiki. Rumput yang tinggi-tinggi akan diratakan.

News Feed