FAJAR, MAKASSAR – Sektor Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Pergadaian, Perusahaan Modal Ventura, dan Fintech Peer-to-Peer (P2P) Lending (PVML) di Provinsi Sulawesi Selatan terus menunjukkan kinerja yang positif hingga November 2024. Berdasarkan data yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), pertumbuhan sektor ini mencerminkan meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan alternatif serta semakin kuatnya industri pembiayaan di daerah.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, menyampaikan bahwa tren pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pembiayaan, baik untuk konsumsi maupun modal usaha. Total piutang pembiayaan pada perusahaan pembiayaan di Sulawesi Selatan tumbuh sebesar 9,71 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), mencapai Rp18,95 triliun.
“Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat dan pelaku usaha semakin memanfaatkan layanan pembiayaan sebagai bagian dari perencanaan keuangan mereka,” ungkapnya, Selasa, 11 Februari 2025.
Lebih lanjut, sektor pergadaian juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Hingga November 2024, total pinjaman yang disalurkan oleh perusahaan pergadaian meningkat 27,78 persen, mencapai Rp7,47 triliun. Kenaikan ini menandakan bahwa layanan pergadaian masih menjadi alternatif pembiayaan yang diminati masyarakat, terutama bagi mereka yang membutuhkan pinjaman cepat dengan jaminan barang berharga.
Salah satu sektor yang mengalami lonjakan pertumbuhan paling signifikan adalah fintech peer-to-peer (P2P) lending. Outstanding pinjaman pada sektor ini meningkat drastis sebesar 49,04 persen, mencapai Rp1,73 triliun. Darwisman menambahkan bahwa meskipun pertumbuhan fintech lending sangat pesat, tingkat wanprestasi (TWP90)—yaitu kredit macet dengan tunggakan lebih dari 90 hari—masih terjaga di angka 1,57 persen. “Tingkat wanprestasi yang tetap rendah menunjukkan bahwa mayoritas peminjam mampu memenuhi kewajibannya, meskipun pertumbuhan pinjaman fintech cukup agresif,” jelasnya.