Menutup pidatonya, Presiden menegaskan kembali komitmennya untuk membangun pemerintahan yang bersih, bebas dari penyelewengan dan korupsi, serta berani mengoreksi diri demi kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.
Menag: Kurikulum Cinta sebagai Vaksin Radikalisme
Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, dalam kesempatan berbeda, memperkenalkan konsep “Kurikulum Cinta” sebagai strategi mencegah radikalisme dan menumbuhkan toleransi sejak dini.
“Kurikulum ini bertujuan menanamkan nilai-nilai cinta kasih dan toleransi pada anak-anak, sehingga mereka tumbuh dengan pemahaman yang mendalam terhadap keberagaman,” ujar Menag Nasaruddin dalam Sarasehan Ulama NU.
Menag menekankan bahwa agama harus diajarkan dengan pendekatan cinta, tanpa menanamkan kebencian terhadap pihak yang berbeda keyakinan. “Setiap guru agama harus mengajarkan kebenaran agamanya tanpa membangun kebencian terhadap yang lain,” tegasnya.
Ia juga menyoroti bahwa toleransi sejati adalah kunci untuk menghindari provokasi dan menciptakan perdamaian dalam masyarakat. “Jika nilai-nilai cinta sudah tertanam sejak dini, generasi muda akan lebih sulit terpengaruh oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa,” lanjutnya.
Kurikulum Cinta ini diharapkan menjadi fondasi pendidikan karakter yang lebih inklusif dan humanis, sejalan dengan visi pemerintah dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan. (rls/tmc/hms/kmnag/*)