English English Indonesian Indonesian
oleh

BRICS Plus dan Dedolarisasi

Skenario dedolarisasi melalui transaksi perdagangan menggunakan mata uang lokal menghadapi kendala masih rendahnya volume perdagangan sesama anggota BRICS plus. Hal ini terkait dengan kesamaan produk yang dihasilkan oleh negara-negara BRICS plus, yaitu produk pertambangan, pertanian, dan produk manufaktur berteknologi menengah.

Sementara skenario dedolarisasi melalui kesepakatan penggunaan salah satu mata uang anggota BRICS plus juga menghadapi kendala, yaitu sulit menetapkan mata negara yang akan menjadi alat pembayaran diantara negara-negara BRICS plus.

Kendala utamanya terpusat pada keinginan masing-masing negara BRICS plus menginternasionalisasi mata uangnya dan adanya perbedaan kepentingan antara negara-negara utama BRICS plus, seperti India dengan China, Rusia dengan China dan China dengan Brasil dalam penggunaan Renminbi, China dalam transaksi internasional.

Skenario dedolarisasi ketiga melalui pembentukan mata uang bersama BRICS plus juga masih menghadapi masalah serius. Hal ini terkait dengan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh anggota BRICS plus untuk membentuk mata uang bersama, seperti pengalaman pembentukan EURO (Uni Eropa).

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh anggota BRICS plus berdasarkan pendekatan Optimum Currency Area (OCA) dari Mundel (1961), yaitu: adanya kesamaan tekanan atau gangguan (symmetric shock) terhadap perekonomian masing-masing negara anggota.

Kriteria symmetric shock mengindikasikan kesamaan perkembangan perekonomia antar negara yang membentuk mata uang bersama. Kriteria ini berkaitan dengan perlunya respon dari bank sentral bersama sebagai otoritas moneter tunggal paska pembentukan mata uang bersama. Dimana bank sentral masing-masing negara melebur menjadi satu bank sentral.

News Feed