English English Indonesian Indonesian
oleh

Nasihat bagi Ilmuwan

Oleh Aswar Hasan

Professor Carl Sagan dan Albert Einstein, berpendapat sekaligus menasehatkan bahwa ilmu pengetahuan bukan hanya sekadar soal mencari fakta, tetapi juga soal bagaimana fakta tersebut digunakan untuk kebaikan umat manusia. Ilmuwan memiliki peran penting dalam memastikan bahwa pengetahuan tidak disalahgunakan untuk tujuan yang merusak peradaban manusia secara tidak etis.

Pun, Mahatma Gandhi, sebagai seorang tokoh perdamaian dan pemimpin spiritual, meninggalkan banyak nasehat yang juga relevan dengan itu, hingga saat ini. Salah satu pemikirannya yang terkenal adalah tentang tujuh dosa sosial, di mana dua di antaranya adalah ilmu tanpa kemanusiaan dan pengetahuan tanpa karakter. Dua konsep ini menyoroti pentingnya integrasi antara kecerdasan intelektual dengan nilai-nilai moral dalam kehidupan manusia.

Bahwa seorang Ilmuan tanpa berkemanusiaan dan seseorang yang memiliki pengetahuan luas, tetapi tidak menggunakan ilmunya itu, untuk kebaikan sesama adalah termasuk pendosa sosial. Sebab, Ilmu yang seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun, justru bisa menjadi alat penindasan, jika tidak dibarengi dengan rasa empati. Misalnya, kemajuan teknologi dan sains bisa dimanfaatkan untuk menciptakan senjata pemusnah massal, merusak lingkungan, atau memperbesar kesenjangan ekonomi dan sosial. Dalam konteks itu, ilmu telah kehilangan esensi utamanya sebagai alat untuk memajukan peradaban suatu bangsa. Gandhi mengingatkan bahwa ilmu tanpa hati nurani hanya akan menghasilkan ketidakadilan dan penderitaan bagi umat manusia.

Di sisi lain, pengetahuan tanpa karakter berimplikasi pada moralitas dalam pengembangan diri. Memiliki pengetahuan yang luas tidak berarti seseorang otomatis menjadi pribadi yang baik. Tanggung jawab, dan integritas, menjadi fondasi dalam penerapan pengetahuan secara bijak. Seorang individu dengan banyak pengetahuan tetapi tanpa karakter yang kuat bisa saja menggunakan ilmunya untuk manipulasi, korupsi, atau tindakan tidak etis lainnya.

Contoh nyata bisa kita lihat pada oknum-oknum yang menggunakan kecerdasan mereka untuk kepentingan pribadi, merugikan masyarakat, dan merusak tatanan sosial.

Berdasarkan data Komisi Pemberantasan Korupsi, 84 persen dari koruptor di Indonesia itu adalah lulusan perguruan tinggi, kata Menkopolhukam Mahfud Md saat menyampaikan orasi ilmiah di Universitas Negeri Padang pada Ahad, 17 Desember 2023 (Tempo, 18/12-2023).

Gandhi menekankan bahwa pendidikan sejati adalah yang mampu menggabungkan kecerdasan intelektual dengan pembentukan karakter yang kuat. Dunia tidak hanya membutuhkan orang-orang pintar, tetapi juga individu yang memiliki komitmen moral untuk menggunakan ilmunya demi kebaikan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat bagaimana keputusan yang diambil tanpa pertimbangan kemanusiaan dan etika bisa membawa dampak negatif yang luas dalam kehidupan masyarakat.

Dengan demikian, nasehat Gandhi ini menjadi pengingat bahwa ilmu dan pengetahuan harus berjalan seiring dengan kemanusiaan dan karakter. Tanpa kedua hal tersebut, kecerdasan manusia hanya akan menjadi alat yang berpotensi merusak, bukan membangun.

Dunia membutuhkan lebih banyak individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana dan berperikemanusiaan. Pertanyaan krusialnya, apakah pengajaran Ilmu Pengetahuan di perguruan tinggi saat ini juga disertai pendidikan moral etika demi melahirkan sarjana yang berkarakter? Wallahu a’lam bisawwabe.

News Feed