NEW DELHI, FAJAR–Harapan besar disematkan atas penguatan kerja sama India-Indonesia. Kemitraan ini diprediksi akan mendorong tumbuhnya ekonomi dua negara.
Jika semua kerja sama India-Indonesia berjalan baik, potensi akselerasi akan terjadi beberapa tahun ke depan di kedua negara. Tentu saja, hambatan dagang dan investasi di kawasan mesti segera ditangani bersama.
Secara ekonomi dan politik, kedua negara juga memiliki peran strategis, utamanya di Pasifik Selatan. Ke depan, Amerika, China, Jepang, India, dan Indonesia bisa berdiri bersama. Apalagi jika laju pertumbuhan konsisten, termasuk di Indonesia yang diprediksi di atas lima persen rata-rata nasional.
“Kedua negara kita ini sangat kuat,” ujar Prof Sreeram Sundar Chaulia, Dekan Fakultas Hubungan Internasional, Universitas Jindal Global India, kemarin.
India-Indonesia juga memiliki keluwesan relasi global yang dapat diterima di semua negara dan aliansi. Terhadap Amerika Serikat, misalnya, baik India maupun Indonesia, sama-sama memiliki kedekatan atas Negeri Paman Sam itu.
Meski demikian, tak dapat dimungkiri, bergabungnya kedua negara dalam aliansi global baru, bisa saja memberi kesan sentimental terhadap aliansi lain. Namun, bagi Sreeram, situasi itu justru menguntungkan, sebab aliansi baru, semial BRICS, justru akan makin menguatkan nilai tawar negara anggota.
Aliansi baru, –termasuk yang terbaru kerja sama India-Indonesia di sejumlah sektor– akan berdampak positif bagi poros dan jalur dagang global. Indonesia membutuhkan pasar, tidak hanya di Asia, namun juga di kawasan lain. Bergabung ke BRICS menjadi salah satu pilihan strategis berekspansi potensi perdagangan komoditas.
Kadin-CII
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Confederation of Indian Industry (CII) telah menjalin kemitraan strategis untuk kerangka kerja ke depan. Mereka berkomitmen memajukan peran masing-masing dalam perdagangan, investasi, dan berbagi pengalaman.
CII merupakan lembaga yang mengurusi seluruh aktivitas ekonomi, perdagangan, pembangunan infrastruktur, manufaktur, dan investasi di India. Apalagi, lembaga ini merupakan bagian langsung dari pemerintah India, sehingga lebih leluasa dalam mengambil kebijakan ekonomi makro.
Ketua Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie menyampaikan optimismenya terhadap proyek kerja sama India-Indonesia. Banyak sektor yang akan saling diisi oleh kedua negara ke depan. Kemitraan ini akan menjadi pijakan melesatkan ekonomi dalam negeri ke depan.
“2045 prediksinya India masuk empat teratas. Kalau Indonesia mungkin tujuh teratas,” ujar Anindya kepada FAJAR di New Delhi, India.
Bahkan jika pengentasan kemiskinan berjalan lebih cepat dan GDP bisa meningkat dari prediksi, kedua negara bahkan bisa bersama-sama masuk ke tiga besar ekonomi Asia dan dunia.
Kunjungan kemitraan bisnis Indonesia-India disebutnya memberi harapan masa depan. Ini dikuatkan dengan hubungan erat kedua pemimpin negara, PM India Narendra Modi dan Presiden RI Prabowo Subianto.
“Bahwa kerja samanya sangat baik sehingga kunjungan kami yang juga mendampingi kunjungan Pak Presiden ke Republik Day (India) itu berlangsung dengan baik dan sukses,” sambung putra pengusaha nasional Indonesia, Aburizal Bakrie, itu.
Kemesraan hubungan keduanya akan menciptakan iklim yang sehat bagi Kadin bekerja lebih banyak lagi dalam bidang perdagangan dan investasi ke depan. Pada pertemuan dagang kedua negara, India-Indonesia masing-masing membawa 25 CEO.
“Kolaborasi Antara 25 CEO dari Indonesia dengan 25 CEO dari India juga telah berlangsung baik di CEO’s Forum,” beber Anindya.
Fokus kerja sama ke depan meliputi sektor manufaktur, teknologi uh, kesehatan, energi, transisi, dan agrikultur. Akan ada kemitraan dekat semacam rumah bersama untuk bisnis kedua negara yang diharapkan bisa menjadi jembatan para pengusaha mengambil peran.
“Karena itu hal yang sangat penting bagi pemerintahan Pak Prabowo dan bagi dunia usaha juga,” tandasnya.
Perdagangan India-Indonesia yang di angka USD 28-30 miliar merupakan pondasi awal untuk tumbuh lebih pesat. Apalagi, ekspor Indonesia ke India masih lebih dominan ketimbang ekspor India ke Indonesia.
“Kita ekspor 20, India 7. Jadi kita 13 plus, ya. Tentu sebagai yang plus merasa happy yang tidak plus tentu akan mempunyai opini sendiri. Yang penting dari Kadin ialah angka 28 atau 30 miliar. Ini bisa berkembang cepat mungkin ke (angka) 50 (miliar USD), tapi menurut saya bisa ke 120 (miliar USD) dalam waktu 10 tahun,” terang Anindya.
Kadin memberi catatan atas aksesibilitas investasi di kedua negara. Bukan hanya soal urusan tarif, tetapi isu nontariff barrier mesti diatur dengan baik. Perizinan dimudahkan tanpa mengabaikan regulasi, kuota yang adil, serta dukungan luas dari semua stakeholder.
“Kadin berkomunikasi dengan CII dan pengusaha-pengusaha India untuk memastikan bahwa perdagangan bertambah. Investasi antara dua negara ini juga bisa terus berlangsung,” paparnya.
Kemitraan ini tak hanya melibatkan pengusaha asal Jakarta, namun juga seluruh Indonesia. Keran dibuka selebar-lebarnya, terutama di kawasan barat dan timur Indonesia, di luar Jakarta.
Pengusaha Indonesia telah melirik pabrik susu di India, mengunjungi pabrik motor, food state, dan lainnya. Secara demografi-politik, Indonesia memiliki 38 provinsi, India dengan 28 negara bagian. Ada kesamaan dalam hal manajemen wilayah ekonomi.
Hambatan
Salah seorang pengusaha India mengungkapkan, masih ada kendala di sektor kerja sama kesehatan. Pengusaha rumah sakit ini berharap Indonesia bisa mengubah kebijakan terkait dokter asing berpraktik di Indonesia.
“Ini yang belum ketemu. Kami sementara jalan di Indonesia. Kami ditawari membangun RS di IKN, namun kami pertimbangkan karena di sana kurang orang,” kata pengusaha yang enggan menyebut nama itu.
Sejauh ini, dia melirik Jakarta dan Bali untuk sektor rumah sakit. Jika kebijakan dokter spesialis bisa berubah, investasi lebih besar akan ditanam di Indonesia.
Pengusaha India
Sharmila Kantha, salah seorang pengurus CII mengatakan lembaganya merupakan organisasi tertua. Berdiri pada 1895 dan punya 70 kantor di seluruh India. Mereka yang memberi rekomendasi terhadap 600-an perusahaan untuk bergabung.
“CII bergerak di sektor manufaktur, pelayanan, infrastruktur, dan agrikultur,” kata Sharmila kala menerima kunjungan jurnalis Indonesia, kemarin.
CII juga mendorong penguatan pariwisata. Di Indonesia, wisman terbanyak kedua yang masuk ke Bali adalah turis India. Kunjungan terbesar ke Pulau Dewata itu masih dipegang Australia.
CII bahkan mengelola pesawat. Dari 74 unit pada 2014, menjadi 157 unit pada 2024.
Pengurus CII lainnya, Sujata Sudarshan membeberkan lebih dari 50 perusahaan telah berinvestasi di Indonesia. Perusahaan India masuk ke sektor energi, infrastruktur, tembaga, IT, tekstil, water management, dan lainnya.
Mereka juga terlibat dalam B to B meeting, riset market, menjalin kemitraan bisnis, bahkan bergabung dalam forum batu bara. Fokus CII, di antaranya manufaktur, teknologi, dan pertanian. Rencananya, pada Maret nanti mereka akan ke Indonesia untuk membidik manufaktur dan infrastruktur.
Sementara itu, kala menghadiri India Republic Day, Presiden RI Prabowo Subianto menekankan kerja sama ini akan memajukan kedua negara. Apalagi, kedua negara saling memandang penting untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan.
“Ini menandai permulaan baru program kerja sama kemitraan kita,” katanya. (zuk)