Mengenang Kiprah Mendiang HM Alwi Hamu di Dunia Pendidikan (bagian 2-selesai)
Oleh : Muliyadi Hamid / Rektor Unifa
Sejak menyatakan bersedia mengelola NIBF, Pak Alwi membeli beberapa buku tentang pengelolaan yayasan dan Perguruan Tinggi berikut semua regulasi tentang kedua hal tersebut.
Waktu itu belum ada UU yayasan. Landasan hukum yang digunakan yayasan adalah KUH Perdata. Itupun hanya mengatur secara implisit tentang badan hukum di pasal 1653. Sedangkan landasan implementasinya mengacu pada Anggaran Dasar Yayasan masing-masing yang sudah disahkan oleh Notaris dan didaftarkan di pengadilan negeri.
Karena kesibukannya yang luar biasa, terbang kesana-kemari, ke seluruh Indonesia menggunakan waktu di pesawat untuk membaca semua hal tentang Perguruan Tinggi. Bahkan dengan segera memahami dan menguasai potensi-potensi konflik serta sejarah beberapa Perguruan Tinggi yang mengalami konflik di Indonesia. Menurut beliau, ujung dari setiap konflik yang rugi besar adalah mahasiswa. Itu yang dia tidak inginkan.
Setiap tahun jumlah peminat di STIM Nitro terus meningkat. Rata-rata dari kalangan ekonomi menengah atas. Maklum, uang kuliah di STIM Nitro saat itu tertinggi di Indonesia timur. Bahkan beberapa kali lipat dari uang kuliah di PTS lain. Apalagi PTN. Mahasiswanya berbusana uniform, berjas dan berdasi. Cewek dan cowok sama. Bedanya cewek pakai Rok. Pendek-pendek lagi. Kurikulumnya memang dilengkapi pelajaran berbusana, keperibadian, bahkan table manner. Maklum calon banker. Saat itu, salah satu profesi yang sangat diincar anak muda.
Kampus Baru dan STIKOM
Melihat pertumbuhan STIM Nitro yang pesat, pak Alwi membangun Gedung berlantai 4 di kawasan Harian Fajar, racing centre. Gedungnya berlantai 4. Ada mini bank dan ada ruang pertemuan. Semua full ac. Tahun akademik 1997, gedung tersebut sudah mulai digunakan. Disana, bahkan bukan hanya STIM Nitro berkuliah. Juga STIKOM Fajar. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi yang didirikan pak Alwi setahun sebelumnya. Tahun 1996 STIKOM berdiri. Selain karena banyaknya sumberdaya hebat di redaksi Harian Fajar dalam bidang komunikasi, terutama Jurnalistik dan Kepenyiaran, juga agar Fajar bisa merekrut talenta-talenta berpendidikan komunikasi, maka Pak Alwi menggagas pendirian STIKOM Fajar. Pengelola STIKOM adalah Yayasan Pendidikan Fajar Ujungpandang. Berbeda dengan STIM Nitro. Meskipun pengurusnya relative sama.
Pengalaman mendirikan STIKOM ternyata mendorong pak Alwi untuk terus mendirikan Perguruan Tinggi. Tahun 2000 saya diangkat menjadi sekretaris Yayasan. Ketuanya Pak Alwi. Pak Syamsu Nur Bendahara. Disinilah saya makin mengenal beliau. Saya mempersiapkan pendirian Akademi Pariwisata Fajar. Di tahun yang sama. Akpar Fajar resmi memperoleh izin. Saat yang sama, Fajar Group juga sudah mulai masuk pada bisnis perhotelan.
Tak berhenti di situ, pak Alwi melihat kebutuhan Group Fajar dan Jawa Pos terhadap tenaga-tenaga pelaksana akuntansi, maka pada tahun 2001 didirikanlah Akademi Akuntansi Fajar. Semuanya berkampus di Komplek Harian Fajar Racing Centre. Pak Alwi melihat perlunya perguruan tinggi berbentuk Universitas.
Tahun 2007, tepatnya tanggal 7 Juli 2007, Gedung Graha Pena diresmikan. Gedung Tertinggi saat itu di luar Jawa. Harian Fajar pinda kantor. Pak Alwi berpikir perlu membuka prodi lebih banyak. Caranya, bentuk Universitas. Diusulah perubahan bentuk perguruan tinggi yang ada. Maka, pada tahun 2008, tepatnya tanggal 8 Agustus 2008 ketiga PTS di bawah Yayasan Pendidikan Fajar dilebur menjadi Universitas Fajar. Rektornya Prof.Dr. Halide. Sementara STIM Nitro menurut pak Alwi akan dikembangkan menjadi Institut Keuangan dan Perbankan. Benar, pada tahun 2019 resmilah STIM Nitro berubah bentuk menjadi Institut Bisnis dan Keuangan Nitro.
Take over Politeknik NSC
Tahun 2010 sebuah kampus Politeknik di Surabaya mengalami masalah manajemen. Namanya Politeknik New Surabaya Collage (NSC). Dari lembaga kursus yang bertubuh pesat menjadi kampus politeknik. Ada 6 program studi. Masalah yang dihadapi karena pemiliknya meninggal dunia. Putra-putrinya tidak berpengalaman mengelola pendidikan. Akhirnya kolaps. Ratusan mahasiswa terancam. Prodi-prodinya belum terakreditasi.Ditawarkan ke mana-mana. Tidak ada yang mau beli kampusnya. Beberapa calon peminat hanya mau beli gudungnya. Maklum berada di lokasi strategis. Sekitar 100 meter dari Tunjungan Plaza.
Lagi-lagi pak Alwi dihadapkan pada nasib mahasiswa yang terancam. Bersama Ridwan Arif, kami ditugasi pak Alwi untuk meng-take over NSC. Setelah tawar menawar, jadilah pada sekira bulan Oktober 2010 resmi Politeknik NSC Surabaya menjadi milik Yayasan Pendidikan Fajar Ujungpandang hingga saat ini.
Hidup Seribu Tahun
Dari awal pak Alwi mendirikan yayasan benar-benar untuk kepentingan sosial. Prof. Sadly menyebutnya ‘takharat’ (tabungan akhirat). Pak Alwi menyebutnya sebagai yayasan terbuka. Saat itu jarang kita lihat yayasan pendidikan yang didirikan oleh keluarga melibatkan pihak luar menjadi Pembina, pengurus, maupun pengawas. Biasanya semua dari kalangan keluarga inti.
Menarik, ketika terbit UU tentang Yayasan pada tahun 2001 kemudian diperbaharui pada tahun 2004, Yayasan pendidikan Fajar tidak mengalami kendala karena komposisi dan konsepnya sudah selaras dengan UU tersebut. Bahkan saat ada UU BHP yang ditolak secara luas oleh para “pemilik” yayasan Pendidikan Tinggi, justru pak Alwi tidak masalah dengan UU BHP tersebut. Meski akhirnya juga dicabut oleh Mahkamah Konstitusi atas gugatan ABPPTSI dimana saya salah satu pengurusnya.
Suatu ketika Prof.Rauh Patong (alm) selaku Koordinator Kopertis mengira saya putranya pak Alwi. Begitu pula pak Ridwan Arif yang sekarang ketua yayasan banyak mengira kalau putranya pak Alwi. Padahal, kami semua menduduki posisi di yayasan melalui proses rekrutmen (fit & Proper test). Termasuk putra beliau sendiri Dr.Hatta Alwi yang sekarang menjadi Rektor IBK Nitro, juga melalui fit & proper test di yayasan.
Menurut pak Alwi, yayasan yang tertutup cenderung tidak berusia panjang. Padahal “saya ingin yayasan Pendidikan Fajar ini bisa hidup seribu tahun”. Ujarnya pada suatu ketika. Untuk keperluan itulah, maka sejak 2008 Unifa dan IBK Nitro dikelola oleh satu yayasan.
Kiprah pak Alwi di dunia pendidikan sangat terasa dan sangat berdampak. Sudah puluhan ribu lulusan yang tamat dari semua PT yang dikembangkannya. Saya ingat betul setiap kesempatan dalam raker, beliau selalu menyampaikan bahwa kita ini semua berdosa jika alumni yang lulus terlantar tidak bekerja. Ratusan dosen dan karyawan yang berkarir serta banyak rekanan tetap yang terus memperoleh order dari yayasan. Wajarlah kalau beliau pernah menerima penghargaan dari Gubernur Sulsel, Koordinator Kopertis Wilayah IX, dan Ketua ABPPTSI sebagai tokoh peduli pendidikan.
Selamat jalan pak Alwi, pemimpin yang visioner, motivator ulung semoga Allah SWT menerima semua pengabdian dan bakti bapak sebagai amal jariah yang pahalanya terus mengalir sehingga mendapat tempat termulia di sisiNYA. Amin Ya Rabbal Alamin. (*)