Oleh : Muliyadi Hamid / Rektor Unifa
Saya mulai mengenal sosok HM Alwi Hamu (Pak Alwi) ketika pada tahun 1993 beliau ditawari oleh Pak Gazhfan S.Ali (alm) untuk mengambil alih pengelolaan Nitro Institute of Banking and Finance (NIBF).
Gazhfan S Ali adalah mantan dirut Bank Bumi Daya yang mendirikan NIBF berpusat di Jakarta dan secara waralaba beberapa cabang di daerah. Makassar merupakan cabang ke sebelas. Tawaran itu sendiri muncul sebagai buntut dari kisruh pengelolaan antara pengurus Yayasan (lupa nama yayasannya) dan Manajemen NIBF. Kekisruhan itu sendiri muncul sebagai akibat dari kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Fuad Hasan yang melarang semua lembaga pendidikan non-formal menyelenggarakan pendidikan pasca SLTA. Semua harus berbentuk Perguruan Tinggi formal. NIBF sendiri merupakan salah satu pendidikan yang populer waktu itu dengan program BBA/MBA in Banking.
Sekadar diketahui bahwa kala itu banyak lembaga pendidikan yang sama beroperasi di Indonesia. Memberikan gelar BBA maupun MBA. Sejak tahun 1992, Mendikbud Fuad Hasan mulai melarang lembaga seperti itu. Semuanya harus diubah menjadi lembaga Pendidikan Tinggi dan berinduk pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Agar tidak dibubarkan, maka NIBF pun mengajukan pendirian STIE Nitro. Saya adalah salah seorang karyawan (dosen) pada NIBF juga terlibat dalam penyusunan proposal pendirian STIE Nitro. Entah pertimbangan apa, ternyata dalam proses pengusulan tersebut tanpa sepengetahuan manajemen dan mahasiswa, pengurus Yayasan mengganti nama STIE Nitro menjadi STIE Nusantara.