English English Indonesian Indonesian
oleh

Ingin Hidup Seribu Tahun: Mengenang Kiprah Mendiang HM Alwi Hamu di Dunia Pendidikan

Untuk mempersiapkan proses pengalihan, Pak Alwi menunjuk H Syamsu Nur, Andi Syafiuddin Makka, dan Nanang Qaswini (alm) sebagai tim yang mewakili Fajar. Sedangkan dari NIBF Pak Sjarlis Iljas menunjuk Kadnizar S.Ali (alm), Paul Fatruan (Alm), dan Saya, Muliyadi Hamid. Pertemuan demi pertemuan kedua tim, diusulkanlah pendirian STIE Nitro di bawah Yayasan Nitro Ujungpandang pada bulan Juni 1994. Bukan lagi dengan sistem kerja sama franchise  seperti sebelumnya. Bagi Pak Gazhfan dan Pak Sjarlis tidak masalah. Yang penting Nitro tetap berlanjut. 

Setahun kemudian, tepatnya tanggal 26 Juli 1995 terbitlah SK Mendikbud tentang pendirian STIM Nitro. Bukan STIE Nitro karena saat itu STIE sudah dianggap jenuh di Makassar. STIM adalah Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen. Unik, karena biasanya perguruan tinggi berbentuk Sekolah Tinggi biasanya terdiri dari satu rumpun ilmu. Misalnya rumpun Ilmu Ekonomi STIE). Sedangkan STIM khusus untuk cabang ilmu manajemen. Bagi Pak Alwi dan kami di STIM Nitro tidak masalah. Yang penting bagaimana bisa mencetak banker-banker profesional, sesuai mottonya “free way to be a banker” . PersonelYayasan Nitro terdiri Ketua Dewan Pendiri merangkap Ketua Dewan Pengurus HM Alwi Hamu, HA Syafiuddin Makka (sekretaris), dan H Syamsu Nur (Bendahara). Setahun kemudian, akta yayasan berubah nama menjadi Yayasan Fajar Nitro Ujungpandang. Beberapa petinggi di Harian Fajar secara ex-officio  masuk menjadi anggota Dewan Pendiri yayasan. Pak Gazhfan dan Pak Sjarlis masuk menjadi anggota Dewan Pendiri. Perkuliahan berlanjut dilaksanakan dengan menyewa tiga petak ruko di kompleks Latanete Plaza, jalan Sungai Saddang. (bagian-1*)

News Feed