FAJAR, MAKASSAR – Sampah plastik, pembungkus makanan, puntung rokok, hingga pembungkus permen kerap ditemukan di kawasan pegunungan, terutama di sepanjang jalur pendakian hingga puncak gunung. Fenomena ini tidak hanya merusak panorama yang memukau, tetapi juga mengancam ekosistem alam.
Pengelola Jalur pendakian Gunung Bulu Saukang, Fathul mengungkapkan, keprihatinannya terhadap perilaku pendaki yang kurang bertanggung jawab. Mereka pun sering memberikan imbauan dan menyediakan kantong plastik untuk pendaki agar membawa kembali sampah mereka. “Sayangnya, masih banyak yang abai,” ujarnya.
Sementara itu, Fahmi Syam, seorang pendaki yang gemar menjelajah alam, membagikan pengalamannya. Saat mendaki, dia sering melihat sampah berserakan. “Sebagai pecinta alam, rasanya sangat mengecewakan. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan,” katanya.
Dosen Hukum Lingkungan di Universitas Negeri Padjadjaran, Yulinda turut menyoroti dampak hukum dan sosial dari perilaku tersebut. Pembuangan sampah sembarangan di kawasan gunung bukan hanya merusak lingkungan, tetapi juga melanggar peraturan perlindungan lingkungan hidup.
“Sayangnya, kesadaran hukum di kalangan pendaki masih rendah. Kita perlu pendekatan edukatif dan penegakan hukum yang lebih tegas untuk mencegah perilaku ini,” jelasnya.
Penelitian dari Journal of Environmental Management mengungkapkan, sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, menyebabkan kerusakan jangka panjang pada flora dan fauna gunung. Jika tidak segera ditangani, keindahan gunung yang kita nikmati saat ini bisa saja hanya menjadi kenangan di masa depan.
Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, muncul harapan dari generasi mendatang. Program edukasi lingkungan mulai digencarkan, terutama di kalangan anak muda. Kampanye digital dan komunitas pecinta alam semakin aktif mengajak pendaki untuk membawa kembali sampah mereka serta lebih peduli terhadap kelestarian gunung.
“Mungkin butuh waktu, tapi kami percaya bahwa perubahan itu mungkin. Dengan edukasi yang terus dilakukan, kita bisa melihat masa depan yang lebih bersih dan hijau,” tutur Rani, seorang relawan dari komunitas peduli lingkungan. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga alam, harapan bahwa gunung-gunung tetap menjadi tempat yang asri dan lestari semakin besar. Generasi mendatang berhak menikmati keindahan alam tanpa harus melihat sampah berserakan. (*)
Oleh: Dian Zaskia Chaerunnisa, Mahasiswa Jurnalistik UIN Alauddin Makassar praktik Magang di FAJAR