English English Indonesian Indonesian
oleh

Stem Cell Centre di RS Unhas: Harapan Baru Terapi Sel Punca

Makassar kini memiliki pusat layanan terapi sel punca berstandar internasional dengan hadirnya Celltech Stem Cell Centre di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS Unhas).

SRI WAHYUNI
RS Unhas

Peluncuran ini, Sabtu, 24 Januari 2025, hadir Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa; Direktur Celltech Stem Cell Center Vinski Tower, Prof Deby Vinski; para wakil Rektor, Dekan FK, dan Direktur RSPTN.

Hal ini menandai era baru dalam pengobatan regeneratif di Indonesia Timur, dengan menggunakan Quantum Closed System, satu-satunya sistem terapi sel punca di Indonesia yang telah terakreditasi oleh World Council for Preventive, Regenerative and Anti-Aging Medicine (WOCPM) dan World Council of Stem Cell (WOCS).

Teknologi Quantum Closed System berbasis digital yang diterapkan Celltech menjamin kualitas dan akurasi sel yang dihasilkan, meminimalisasi risiko kontaminasi, mengurangi human error, serta mempercepat proses pembuatan sel dibandingkan metode konvensional. Laboratorium Celltech dilengkapi peralatan modern dan canggih.

Direktur Celltech Stem Cell Center Vinski Tower, Prof Deby Vinski menjelaskan, pentingnya stem cell dalam tubuh sebagai pengganti sel yang rusak. Ia menekankan manfaat penyimpanan darah dan jaringan tali pusat bayi yang baru lahir untuk pengobatan berbagai penyakit, termasuk autisme, kanker darah, kelainan darah, dan gangguan sistem imun.

“Darah tali pusat ini bisa digunakan untuk bayi itu sendiri, orang tua kandung, saudara kandung, kakek-nenek, dan keluarga dari kedua belah pihak,” ujar Prof. Vinski.

Terapi darah tali pusat, lanjut Prof. Vinski, telah digunakan pada hampir 80 jenis penyakit dengan lebih dari 35.000 transplantasi, termasuk terapi berbagai kelainan darah, thalassemia, dan kelainan sistem imun. Menyimpan tali pusat memberikan perlindungan bagi keluarga dengan sumber sel punca yang memiliki kecocokan penuh (transplantasi autologus) untuk bayi, 50% untuk orang tua, dan 25% untuk saudara kandung.

“Hidup hanya memberi satu kesempatan untuk memperoleh sel punca bayi, yaitu saat melahirkan. Jika tidak, sel punca yang berharga ini akan terbuang sebagai limbah medis,” tegasnya.

Proses pengambilan darah tali pusat sendiri sederhana, cepat, dan tanpa rasa sakit, hanya membutuhkan waktu 5 menit. Terapi sel punca juga diakui sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk mendukung individu dengan autisme.

Peluncuran ini, menurut Prof. Vinski, merupakan langkah awal kolaborasi Rumah Sakit Unhas dengan Celltech, di bawah kepemimpinan Rektor Unhas, Prof. Jamaludin Jompa, yang dinilai Prof. Vinski sebagai rektor terbaik yang pernah ditemuinya. Kerja sama ini bertujuan untuk menjadikan Sulawesi Selatan sebagai pusat terapi sel punca, bahkan menarik minat kesehatan wisata (health tourism) dunia.

Prof. Vinski menambahkan, stem cell merupakan ciptaan Tuhan, dan teknologi manusia hanya membantu pemanfaatannya. Potensi terapi sel punca untuk berbagai penyakit, termasuk stroke dan diabetes, serta menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja tim dalam memajukan bidang ini.

Sementara itu Rektor Unhas, Prof. Jamaludin Jompa menyampaikan, Indonesia kehilangan lebih dari 100 triliun rupiah per tahun karena pasien kelas menengah atas mencari pengobatan high technology di luar negeri. Ia menekankan pentingnya implementasi teknologi yang telah terbukti secara ilmiah, meskipun belum sepenuhnya diterapkan di seluruh dunia. “Unhas, sebagai pusat inovasi, akan berperan dalam penguatan riset klinis dan pengembangan pengetahuan baru di bidang ini,” tuturnya.

Mendorong Riset dan Inovasi

Prof. Dr. Deby Vinski, MSc, PhD, yang juga merupakan Presiden WOCPM ini menyampaikan, kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk menjadikan Sulawesi Selatan, khususnya Makassar, sebagai pusat layanan kesehatan dan health tourism kelas dunia. Ia juga mengapresiasi kepemimpinan Rektor Unhas, Prof. Jamaludin Jompa, yang merespons inisiatif ini dengan cepat.

“Makassar memiliki potensi besar dengan daya tarik wisatanya serta Universitas Hasanuddin sebagai institusi pendidikan terkemuka. Dengan dukungan Unhas, kita bisa menjadi yang terdepan dalam terapi sel punca di Indonesia Timur,” ujarnya.

Terapi sel punca yang dikembangkan oleh Celltech telah terbukti efektif dalam menangani lebih dari 80 jenis penyakit, termasuk demensia, Parkinson, Alzheimer, autisme, penyakit autoimun, Sindrom Prader-Willi, stroke, dan diabetes. Prof. Deby juga menekankan pentingnya penyimpanan tali pusat sebagai sumber utama sel punca, terutama jika donor tidak tersedia.

Saat ini, Celltech mampu memproduksi 2 miliar sel per bulan, dengan target distribusi ke berbagai negara. Prof. Deby, yang akan menjabat sebagai Presiden of the Honorable Chairman di Roma, Italia, untuk Stem Cell 2025, merasa memiliki tanggung jawab besar untuk berkontribusi bagi tanah kelahirannya, Makassar.

“Kami berharap kolaborasi ini tidak hanya mendorong riset dan inovasi di bidang terapi sel punca, tetapi juga memperkuat posisi Unhas sebagai pusat penelitian dan pengembangan biomedis di Indonesia,” pungkasnya. (*/ham)

News Feed