Jenazah Aulia Belinda Kurapak (28) dikebumikan di kampung halamnya, Kelurahan Tongko Sarapung, Kecamatan Sangalla, Tana Toraja. Makamnya berdampingan dengan makam sang ayah, Oktovianus Kurapa.
WIDYAN SETIADI
MAKASSAR
Sabtu pagi, tepatnya pukul 08.25 Wita, keluarga besar Aulia sudah menyambut di Bandara Sultan Hasanuddin. Jenazahnya diterbangkan sekitar pukul 05.00 dari Jakarta, melalui maskapai Citilink.
Tangis haru warnai kedatangan rombongan, kemudian melanjutkan perjalanan ke kediamannya, di Jalan Mannuruki 9 lorong 3, Kelurahan Mannuruki, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Di sana, keluarga dan sahabat sudah menanti, juga menggelar prosesi doa bersama.
Aulia sendiri merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Dia merupakan mantan pramugari Lion Air, dan terakhir kali dia berprofesi sebagai konsultan hukum di Kota Jakarta. Memang, sejak menjadi pramugari pada 2017 lalu, Aulia sudah berdomisili Jakarta.
Diketahui, Aulia merupakan salah satu korban kebakaran Glodok Plaza. Sebelum kejadian, dia sedang bersama rekan-rekannya di ruang bernyanyi untuk merayakan ulang tahun rekannya. Sebelum kejadian, dia sempat berpamitan dengan ibunya, Ani Tandirapa, untuk menghadiri undangan acara rekannya.
“Dia sempat kirim pesan ke ibunya, katanya mau pergi hadiri acaranya temannya. Sepertinya itu mi acara ulang tahun,” ujar calon kakak iparnya, saat ditemui di kediamannya, Sabtu, 25 Januari, malam.
Aulia sendiri dikenal sebagai figur yang mandiri. Dia tidak banyak menggantungkan hidup kepada keluarganya. Itu sebabnya, dia memilih untuk merantau ke ibukota dengan menjadi pramugari di Lion Air.
Menurut keterangan sang kakak, Riky Kurapak, adiknya sudah lama menetap di Jakarta. Sehingga, intensitas pertemuannya menjadi minim. Namun komunikasi tetap terjalin baik, bahkan Aulia sempat menghadiri acara tunangan kakaknya, 1 hari sebelum nasib nahas menimpanya.
“Sebelum meninggal adek saya bekerja di konsultan hukum. Kami terakhir ketemu itu tanggal 3 Januari kemarin di Hotel Maxone Makassar, pas acara lamaran saya. Memang sejak 2017 adek sudah berdomisili di Jakarta dan kami jarang bertemu,” kata Riky.
Paman Aulia, Herman (56) membeberkan, mendiang keponakannya itu langsung dibawa ke Toraja untuk dimakamkan, pada Minggu siang, 26 Januari, pasca prosesi ibadah gereja.
“Kan tiba di Toraja ini diperkirakan pagi hari. Kebetulan hari Minggu, jadi ibadah gereja dulu lalu dimakamkan di samping bapaknya. Tidak ada prosesi khusus di sana, normal saja,” kata dia.
Herman sendiri mengaku, sebenarnya jenazah Aulia diperkirakan tiba di Makassar pada Senin, 27 Januari. Namun beruntungnya, bisa tiba lebih cepat dan prosesi pemakaman pun bisa dilakukan lebih cepat.
“Info awalnya itu Senin tiba, tapi syukur ini bisa datang lebih cepat jadi cepat dimakamkan. Keluarga juga tidak mau berlama-lama, karena kami juga tidak bisa melihat wujud jasadnya, sudah terbungkus rapi dari jakarta, tinggal dimakamkan saja,” terangnya.
Herman sendiri mengaku tidak begitu dekat dengan Aulia. Tetapi dia tahu persis seperti apa kepribadian keponakannya itu. Gigih, pekerja keras, bermental bagus, adalah hal yang terlihat jelas menurut Heman.
“Saya sebenarnya terakhir ketemu waktu dia pertama jadi pramugari di Lion Air, di Jakarta waktu itu. Saya juga tidak terlalu dekat karena saya kan lama di perantauan. Tetapi sejak kecil dia memang gigih, tidak mudah takut, tidak cengeng juga,” tuturnya.
Herman hanya berharap, kejadian yang menimpa keponakannya itu memberikan pelajaran bagi semua pihak agar tetap berhati-hati dan waspada di setiap tempat. Dia juga berharap, kejadian serupa tidak terjadi lagi kepada pihak lain.
“Ini kan musibah, tetapi kita patut waspada di mana saja. Semoga tidak ada kejadian seperti ini lagi, dan kita semua doakan, korban mendapatkan kedamaian, mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan,” harapnya. (*)