English English Indonesian Indonesian
oleh

Alwi Hamu = FAJAR

Perjalanan sejarah surat kabar atau koran di Makassar sudah dikenal sejak satu abad yang lalu. Puluhan koran pernah terbit di Indonesia, tidak terkecuali di Makassar. Namun hanya sedikit yang mampu bertahan di zaman digital ini yang berusia di atas empat dekade. Dalam sejarah disebutkan, di luar Jawa, Makassar adalah kota kedua setelah Padang (1859 ) yang menerbitkan koran berbahasa Belanda (1860) dengan nama Makassarsch Weekblad, edisi perdananya 5 Januari 1861. Pada tahun 1862 koran ini berganti nama Makassarsch Handels en Advertentieblad peredarannya hingga sampai di Maluku.

Tidak hanya sampai di situ, pada tahun 1882 Makassar menerbitkan koran pertama berbahasa Melayu, yaitu Mata-Hari. Disusul Kok Bin Po (Koran Bangsa) dan Min Sun Pao (Suara Rakyat) pada dekade 1920-an, Sek Kang Siang Po (Berita Dagang dari Makassar) koran berbahasa China yang berubah nama menjadi Xijiang Ribao (Harian Makassar). Sampai masa pasca kemerdekaan hingga masa orde baru puluhan koran yang terbit di Makassar seperti Koran Pedoman Rakyat terbit pertama kali 1 Maret 1947, koran Marhaen muncul pada tahun 1951, lalu muncul koran Tegas, hingga FAJAR (1981) serta disusul koran-koran lainnya di era 90-an hingga masuk Millennial kedua seperti Tribun Timur (2004). Namun boleh dikata, dari koran yang pernah ada di kota Makassar, dan bertahan hingga kini, bahkan sudah lebih empat dekade hanya koran FAJAR masih bertahan.

Menggerakkan koran besar dan bertahan di setiap cobaan, namun markasnya bukan di ibukota, tentu bukan sebuah pekerjaan mudah. Tidak berlebih jika koran FAJAR adalah salah satu yang memiliki kekuatan besar dalam menempuh liku-liku zaman dengan segala tantangannya. Bicara FAJAR tentu tidak lepas bicara orang hebat yang ada di balik kesuksesan dan daya tahannya. Beliau adalah HM Alwi Hamu, pendiri Fajar Group dan tokoh pers nasional yang sudah malang melintang di dunia jurnalis sebelum membangun kerajaan FAJAR Group. Sebagai sosok tangguh dalam menahkodai FAJAR berpuluh tahun dikenal memiliki dedikasi tinggi dalam mengembangkan serta sebagai pionir pers di luar Pulau Jawa.

Bapak Alwi Hamu yang memulai perjalanan jurnalistiknya sejak 1966. Dia bergabung di Ikatan Pers Mahasiswa Sulawesi Selatan (IPMI) sekaligus menerbitkan Koran KAMI Sulsel yang menjadi salah satu media mahasiswa yang disegani pada masa itu. Bersama rekan-rekannya pada tahun 1972, beliau mendirikan majalah Intim dan hanya bertahan selama enam tahun. Beliau kemudian bergabung di harian Tegas, bahkan dipercaya sebagai Wakil Pemimpin Umum. Namun beliau hengkang dari harian Tegas karena perbedaan pandangan dengan sang manajer. Akhirnya dengan modal pengalaman di dunia jurnalis disertai kekuatan tekad untuk bisa memiliki koran sendiri, beliau mendirikan surat kabar FAJAR pada tahun 1981.

Saya masih ingat betul, usai LK-II di HMI, saya membawa tulisan saya di kantor FAJAR, Jalan Ahmad Yani nomor 15, tepatnya di gedung kantor yang sangat sederhana, bekas percetakan dan toko buku. Hingga pindah di jalan Racing Center saya masih sering membawa tulisan-tulisan saya yang sudah diketik di komputer dan disimpan dalam disket. Waktu itu masih menggunakan WS 4 di tahun 1990-an. Dalam lintasan pikiran, saya memang tidak dekat dan jarang melihat langsung beliau. Namun semasa aktif di HMI, nama beliau sudah menjadi acuan jika ingin menjadi penulis dan akan menerbitkan tulisan, selain di harian Pedoman Rakyat, adalah FAJAR. Teriring al-Fatihah untuk beliau, semoga Allah Swt menerima amal baik beliau, Amin. Wallahu a’lam. (*)

News Feed