“KNIL dan NICA itu sebenarnya tentara Belanda yang menyamar sebagai sekutu, tapi niatnya adalah menjajah kembali. Pada hari itu, rakyat Luwu berhasil merebut Kota Palopo sebelum akhirnya menghadapi serangan balasan,” ungkapnya.
Andi Djemma memimpin perjuangan tersebut meski harus berpindah-pindah untuk menghindari kejaran musuh. Pasca perlawanan itu, Andi Djemma ditangkap dan mengalami banyak tekanan, tapi semangat perjuangannya terus menginspirasi rakyat Luwu hingga kini.
Selain memperingati HPRL, masyarakat Luwu Raya juga merayakan Hari Jadi Luwu (HJL) yang tahun ini memasuki usia ke-757. Keduanya diperingati bersamaan setiap tahun, dengan berbagai kegiatan di daerah Luwu Raya dan di Makassar.
“Di Luwu Raya, HJL dan HPRL digelar bergiliran oleh pemerintah daerah. Sedangkan di Makassar, KKLR Sulsel rutin mengadakan kegiatan Semarak HPRL yang tahun ini memasuki usia ke-69,” terang Asri.
Beberapa rangkaian acara, seperti malam ramah tamah, senam sehat, donor darah, dan pemeriksaan kesehatan gratis, telah dijadwalkan pada 25-26 Januari 2025.
Ketua Umum KKLR, dr Abd Rahman Rauf, mengapresiasi upaya pelestarian sejarah perjuangan rakyat Luwu melalui kegiatan ini.
“Semangat perlawanan Datu Luwu harus terus diwariskan kepada generasi muda sebagai inspirasi untuk mencintai bangsa dan tanah air,” tegasnya.
Ziarah dan peringatan ini tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga mempererat persaudaraan masyarakat Luwu Raya di perantauan. Menurut Rahman HPRL dan HUT KKLR adalah momentum kebanggaan bersama. Ini bukti bahwa warisan perjuangan masih hidup hingga hari ini. (an)