Kunci utama ada pada penyediaan berbagai moda transportasi yang lengkap dan terjangkau sehingga masyarakat memiliki pilihan yang memadai untuk berpindah tempat.
“Masyarakat mau jalan, tersedia fasilitas pejalan kaki. Mau naik sepeda, ada jalur sepeda. Mau naik angkutan umum, tersedia angkutan umum yang terjangkau dengan jaringan yang lengkap. Mau naik mobil, silakan, tapi kota tidak menyediakan fasilitas terlalu banyak. Jalan dan lahan parkir adalah apa yang tersedia saja,” tegas Dosen Teknik Sipil ITB ini.
Ia menyoroti inti dari transportasi perkotaan adalah memindahkan orang, bukan kendaraan. Kota yang sehat adalah kota yang mampu memberikan akses mudah bagi semua lapisan masyarakat, bukan hanya mereka yang memiliki kendaraan pribadi.
Hal ini menuntut pemerintah kota untuk lebih memperhatikan fasilitas umum seperti trotoar, jalur sepeda, dan sistem angkutan massal yang efisien.
Menurut Sony, kemacetan tidak selalu menjadi musuh yang harus dilawan dengan menambah jalan atau lahan parkir. Justru, membangun terlalu banyak fasilitas untuk kendaraan pribadi hanya akan memperburuk kemacetan di masa depan.
“Kota di Indonesia bukan seperti film Cars,” ungkapnya. (an)