English English Indonesian Indonesian
oleh

Trumponomics dan Perekonomian Indonesia

Kedua, kebijakan pemotongan pajak (tax cut) terhadap korporasi dan individu mengurangi pendapatan pemerintah AS yang membuat tingginya defisit anggaran AS. Dalam rangka menutupi defisit fiskal maka pasokan obligasi AS akan meningkat dengan harga obligasi relatif rendah tetapi dengan yield (pendapatan obligasi) tinggi.

Kebijakan pengenaan bea masuk impor yang tinggi akan meningkatkan inflasi di AS. Hal ini berkaitan dengan tingginya ketergantungan industri AS terhadap impor bahan baku yang akan meningkatkan biaya produksi. Dimana, impor bahan baku industri AS mencapai sekitar 51 persen.

Kenaikan inflasi AS tidak memberikan ruang bagi The Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga acuan, Federal Fund Rate (FFR). Akibatnya, era suku bunga tinggi belum akan berakhir dalam beberapa waktu ke depan.

The Fed akan merespon penurunan harga dan kenaikan yield obligasi AS dengan mempertahankan suku bunga atau menurunkan suku bunga FFR dengan persentase yang lebih kecil.

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah penguatan dollar AS terhadap mata uang Emerging Market Economies (EMEs) sebagai dampak kebijakan ekonomi Trump yang akan membuat suku bunga acuan AS tetap tinggi.
Dimana, tingginya keterkaitan perekonomian Indonesia terhadap perekonomian AS membuat Bank Indonesia (BI) akan ikut mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga perbedaan suku bunga AS dan Indonesia relatif stabil sehingga tidak mengganggu kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

News Feed