Djoko juga menjelaskan bahwa potensi Stasiun Karawang sebenarnya sangat besar, mengingat lokasinya yang berdekatan dengan berbagai kawasan industri besar seperti Kawasan Industri KIIC, Trans Heksa Karawang (THK), Deltamas, serta pusat-pusat komersial lainnya.
Stasiun ini juga dekat dengan destinasi wisata dan perumahan, seperti Grand Taruma, Resinda Park, dan Alun-Alun Karawang.
“Jika akses transportasi umum diperbaiki, target penambahan 14 ribu penumpang per hari dari Stasiun Karawang sangat mungkin tercapai,” tambahnya.
Menurut kajian yang dilakukan Polar UI, penumpang KCJB umumnya memilih perjalanan pada pagi dan sore hari. Dengan demikian, keberadaan angkutan umum yang terjangkau dan terintegrasi dari kawasan perumahan, pusat kota, hingga kawasan industri menjadi kunci untuk menarik lebih banyak penumpang.
“Target operasional optimal Stasiun Karawang adalah 3.000 hingga 5.000 penumpang per hari. Namun, tanpa transportasi umum yang memadai, target ini sulit tercapai,” lanjut Djoko.
Djoko mengusulkan agar Pemerintah Kabupaten Karawang mencontoh daerah-daerah lain seperti Kota Depok dengan layanan Trans Depok, Kota Bekasi dengan Trans Patriot, atau Kota Bogor dengan Trans Pakuan.
“Karawang bisa membangun jaringan angkutan umum sendiri, didukung APBD yang mencapai Rp5,86 triliun pada tahun 2024. Bahkan, pengadaan armada bus bisa melibatkan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan di kawasan industri sekitar,” jelasnya.
Menurut Djoko, solusi yang efektif adalah membentuk badan usaha bersama atau koperasi yang mengelola operator angkutan umum, sehingga memudahkan pemerintah memberikan subsidi operasional.