English English Indonesian Indonesian
oleh

Menteri PU dan Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Pastikan Infrastruktur Pengairan Memadai

FAJAR, MAKASSAR– Infrastruktur sistem pengairan berfungsi utama meningkatkan produksi pertanian. Hal ini sejalan dengan target Presiden Prabowo Subianto, swasembada pangan diraih tahun ini.

Sulawesi Selatan menjadi salah satu provinsi tumpuan utama untuk mencapai target itu. Kesiapan infrastruktur sistem pengairan pun jadi atensi.

Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo baru-baru ini melakukan kunjungan kerjanya ke beberapa sistem irigasi di Kabupaten Gowa. Dody bersama rombongan Kementerian PU dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) Suryadarma Hasyim bertandang ke Bendungan Bili-bili dan Bendung Bissua, Jumat, 17 Januari lalu.

Dua sistem irigasi ini merupakan induk dari sistem pengairan yang dibutuhkan para petani khususnya di wilayah Mamminasata. Aliran airnya terhubung langsung dengan daerah persawahan di Kabupaten Gowa dan Takalar.

Bendung Bissua memiliki sumber air dari Bendungan Bili-bili yang mata airnya merupakan Sungai Jeneberang. Bendung ini juga terhubung hingga ke Bendung Kampili, Gowa.

Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Suryadarma Hasyim menjelaskan kepada Menteri Dody bahwa Bendung ini mengairi setidaknya 12.793 hektare lahan pertanian masyarakat. Debit pengambilan air sekitar 21,52 meter kubik per detik.

Pada jaringan Bendung ini dilengkapi dengan empat buah Bangunan Bagi, 16 buah Bangunan Bagi Sadap, 128 buah Bangunan Sadap, dan 249 buah Box Tersier.

“Indeks Pertanaman (IP) total mencapai 280 persen dengan Padi, Padi, Palawija. Produksi padi rata-rata 5 ton Gabah Kering Panen/hektare,” terang Suryadarma Hasyim.

Sementara itu, Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan bahwa kunjungannya dalam rangka memastikan aliran air dari hulu ke hilir berjalan dengan baik. Dody mengaku bersyukur sebab Sulsel sejauh ini masih bisa memanfaatkan infrastruktur pengairan dengan baik.

Dody mengutarakan bahwa pihaknya akan segera melakukan perbaikan saluran irigasi dengan salah satu masalah utamanya sedimentasi.

“Harapan kami sebelum kita lakukan revitalisasi besar-besaran, indeks pertanaman tetap bisa kita jaga. Indeks pertanaman sudah hampir tiga kali meskipun padi, padi, palawija,” terangnya.

Dody menyebut produksi padi di Sulsel masih lebih rendah dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Namun, bersama Kementan pihaknya telah menyiapkan program strategis untuk peningkatan produksi pertanian. Salah satunya untuk lebih memasyarakatkan padi hemat air.

“Kan dikeluhkan sawah di hilir gak dapat air, harapannya kalau kemudian padi hemat air disosialisasikan lebih cepat ke daerah di luar Jawa Barat, terutama area tempatnya pangan di Sulsel, Kalsel, Kalteng harapannya kedepan bisa capai bukan hanya swasembada pangan tapi stok beras melimpah,” urai Dody.

Ketua Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Bendung Bissua, Zainuddin Matutu mengungkapkan, adanya perubahan signifikan kesejahteraan petani sejak berfungsinya Bendung Bissua. Dahulu, petani hanya bisa panen sekali setahun, sedangkan kini sudah meningkat hingga tiga kali.

“Ini yang membuat kehidupan masyarakat di sekitar sini membaik sejak adanya Bendung Bissua,” kata Zainuddin.

Perhatian dari BBWSPJ ke daerah irigasi ini sudah sangat besar. Setiap kendala yang dialami petani terkait pengairan ditangani dengan baik oleh balai di bawah Kementerian PU itu.

Namun, Zainuddin mengutarakan bahwa di daerah hilir masih ada petani yang belum bisa merasakan manfaat air secara maksimal. Hal itu diduga karena banyaknya kerusakan jaringan irigasi dan sedimentasi yang tinggi.

Sedimen ini disebutnya karena longsor di Gunung Bawakaraeng beberapa waktu lalu. Daerah Irigasi Bissua sebagian adalah pelimpahan dari daerah Irigasi Kampili, bangunannya sudah berumur sehingga mengalami kerusakan.

“Kami menyampaikan kiranya agar Kementerian PU bisa memperhatikan daerah irigasi ini sehingga petani bisa merasakan manfaat irigasi, sehingga bisa menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya,” ungkapnya.

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Bendung Bissua, Muh Natsir pun mengeluhkan hal yang serupa. Sedimentasi dan kerusakan jaringan air menyebabkan daerah hilir sempat mengalami kesulitan air.

“Kedepannya saya kira saya optimis program Ketahanan Pangan dan Swasembada Pangan tidak terlepas dari kebutuhan air. Saya menggambarkan bahwa posisi pertanaman kami di sini Padi, Padi, Palawija, bahkan sudah ada Padi, Padi, Padi (IP 300 persen),” pungkasnya. (uca)

News Feed