Sementara itu, melalui kolaborasinya dengan Dahlan Iskan, almarhum mendapat kepercayan untuk mengembangkan media “Jawa Pos” dengan membuka cabang atau perwakilan di seluruh Propinsi besar di Indonesia.
Meskipun sudah melejit menjadi “raja media”, namun kesehariannya yang sederhana, ramah dan mudah senyum tetap melekat. Almarhum suka sekali meneriakkan yell – yell khas Bugis Makassar.
Dikala kami remaja dan beraktivitas pada tahun 70an itu, di Makassar ada seorang tokoh sastrawan dan wartawan senior yang juga menjadi inspirator wartawan dan seniman muda bernama Andi Baso Amier. Pediri surat kabar mingguan “Ekspress Minggu”.
Pemimpin Redaksinya Harun Rasyid Djibe, seorang wartawan senior. Surat kabar mingguan tersebut menjadi media primadona bukan saja bagi wartawan muda kala itu. Juga masyarakat pada umumnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, Andi Baso Amier diangkat menjadi pejabat eksekutif. Sebagai Bupati Kepala Daerah Kabupaten Bone. Berjarak k.l 130 Km lebih dari Makassar. Daerah itu juga adalah tempat kelahiran almarhum Jenderal TNI – AS Purnawiran M.Jusuf, mantan Menhankam Pangab R.I.
Kembali ke kiprah almarhum Alwi Hamu, meskipun sudah berkelana ke seluruh Indonesia untuk membangun basis “kerajaan” Jawa Pos, ternyata tidak kehilangan ciri khasnya yang ramah, sederhana dan suka berteriak “Ewako” kalau ketemu teman dekat.
Frasa “Ewako” itu adalah kata pembakar semangat khas masyarakat Bugis Makassar. Untuk menyemangati “jagoannya” pada acara pertandingan atau adu “kekuatan”. Seperti sepakbola, adu ayam, pencak silat dan lain sebagainya.