English English Indonesian Indonesian
oleh

Sebuah Memoar tentang Sang Founder

Oleh: Habib Muhammad Shahib / Dosen UNIFA

Ada orang-orang yang hadir dalam hidup kita seperti lentera. Tak selalu benderang, tak selalu dekat, namun cahayanya mampu menembus kegelapan, menuntun langkah, mengobarkan semangat dan menghangatkan jiwa. HM Alwi Hamu, salah satunya.

Saya mengenalnya sebagai sosok yang jauh namun dekat. Jauh dalam arti interaksi kami yang mungkin dapat dikatakan sangat-sangat terbatas, namun dekat karena pengaruhnya yang begitu besar dalam kehidupan masyarakat Makassar dan Sulawesi, tempat di mana saya tumbuh.

Sebagai anak 90-an, saya mengenal Beliau pertama kali, ketika masih baru saja bisa membaca. Korannya, Harian Fajar, di waktu itu merupakan sarapan wajib bagi hampir seluruh rumah tangga di Sulawesi Selatan, tak terkecuali kakek saya. Lewat koran itulah saya mengeja namanya di halaman depan, sebagai sang pendiri Fajar Group, jaringan Bisnis media terbesar dan terkemuka di kawasan timur Indonesia.

Seiring waktu bergulir, rekam jejak Pak Alwi Hamu kian inspiratif dan terasa dekat di kehidupan sehari-hari. Kontribusinya, utamanya dalam “pembangunan manusia” Sulawesi Selatan, menjadi buah bibir di segala lini pusat interaksi masyarakat, mulai dari warung kopi, kantor-kantor, sekolah, kampus, hingga ke pojok pasar-pasar. Dengan medianya, masyarakat selalu update dengan informasi, berkontribusi merawat demokrasi melalui surat pembaca dan opini, hingga merasa langsung mengawal “Pasukan Ramang”, klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan, untuk terus berprestasi.

Sekitar awal tahun 2013, takdir akhirnya mempertemukan kami. Saat itu, saya yang seorang fresh graduate baru saja bergabung menjadi tutor akuntansi di Universitas Fajar (UNIFA), kampus yang terhitung baru 5 tahun beliau resmikan. Saya lalu tiba-tiba mendapat kesempatan bergabung dalam tim audit internal untuk mengaudit Hotel New Benakutai, Balikpapan, salah satu anak usaha Fajar Group. Di akhir penugasan, kami melakukan exit meeting bersama pimpinan holding di lantai 16 Graha Pena. Saat kami sedang presentasi, Pak Alwi Hamu tiba-tiba muncul. Beliau menyapa tim dengan hangat dan menanyakan hasil audit dengan penuh perhatian. Di situlah saya benar-benar melihat sosok yang selama ini hanya saya kenal dari gambar dan liputan di media. Pembawaannya yang tenang dan berwibawa membuat saya terpukau. Saya teringat akan the Great Man theory, yang mengatakan bahwa pemimpin besar itu dilahirkan, bukan dibuat. Pak Alwi Hamu, dengan segala karismanya, seolah membenarkan teori tersebut.

Layaknya koleksi berita yang tersimpan rapi dalam kliping, jejak inspirasi Pak Alwi Hamu terarsip indah di hati setiap orang yang bekerja di Fajar Group. Saya merasakannya begitu kuat, ketika kembali berinteraksi dengan keluarga besar Fajar group, khususnya di Media Fajar dan UNIFA, setelah menyelesaikan studi lanjut di 2015. Di berbagai kesempatan berinteraksi dengan berbagai kalangan di Fajar Group, kisah-kisah inspiratif beliau mengalir dengan berbagai versi. Mulai dari satpam, OB, driver, wartawan, karyawan, manajer, hingga dosen-dosen UNIFA. Semua kisah tersebut bermuara pada konfirmasi kolektif atas visi kepemimpinan beliau yang melampaui sekedar keuntungan finansial semata. Pak Alwi Hamu adalah seorang visioner sejati, yang ingin terus memberikan dampak positif nyata bagi masyarakat.

Salah satu cerita yang sering saya dengar adalah tentang kegemaran beliau “menghidupkan” usaha-usaha yang hampir mati. Dengan tangan dingin serta kepemimpinannya, beliau bersama insan Fajar Group mampu membawa usaha-usaha tersebut bangkit kembali, menciptakan lapangan kerja, menyejahterakan karyawan, dan turut aktif memberikan kontribusi bagi pembangunan dan perekonomian daerah. Layaknya, api lentera yang tak kunjung padam, selalu menyala dan menghangatkan sekelilingnya. Seperti seruan motivasi yang sering beliau ulang, “kami ingin hidup 1000 tahun lagi!”

UNIFA, salah satu bukti pandangan visioner beliau. Dengan visi yang melampaui zamannya, beliau paham bahwa dunia pendidikan tinggi membutuhkan kekuatan kolektif untuk menerjang gelombang zaman. UNIFA lahir dari penyatuan akademi dan sekolah tinggi yang dinaungi yayasannya. Sisanya adalah sejarah. Dalam usia yang relatif muda, UNIFA telah berkembang pesat menjadi salah satu kampus swasta terkemuka di Indonesia Timur, yang terus menyumbangkan kontribusi positif bagi Indonesia melalui jejak karya civitas akademika hingga lulusan-lulusannya yang tersebar hingga ke pelosok negeri dan luar negeri sesuai mimpi besar beliau.

Namun, takdir selalu memiliki jalan sendiri. Pada 18 Januari 2025, di tengah mendung yang menyelimuti kota Makassar, berita duka itu datang. H.M. Alwi Hamu, sang founder dan visioner dari timur, berpulang abadi ke dekapan rahman dan rahim Allah SWT. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga besar Fajar group namun bagi masyarakat Sulawesi Selatan yang tumbuh besar dan merasakan dampak nyata kontribusi karyanya.

Beristirahatlah dengan tenang, Pak Alwi. Legacy-mu akan menjadi amal jariah dan selalu kami kenang sebagai sumber inspirasi, seperti fajar di ufuk timur yang sinarnya akan bertahan ribuan tahun lagi. (*)

Makassar, 18 Januari 2025.

News Feed