I Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Katangka menjadi Raja Gowa ke-33 namun hanya memeritah selama dua tahun, dari 30 Januari 1893 sampai 13 Mei 1895. Pada masa itu dibangun lagi Istana Raja Gowa Ballalompoa dengan bangunan permanen berdampingan Ballalompoa lama. Disamping itu, juga dibangun sebuah masjid permanen di Jongaya.
I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembang Parang dilantik menjadi karaeng Somba ri Gowa atau Raja Gowa ke-34 pada 13 Mei 1895.
Masjid yang dibangun di Jongaya oleh I Mallikang Karaeng Katangka, pembangunannya dilanjutkan oleh I Makkulau Karaeng Lembang Parang dan diresmikan pemakaiannya pada pada 2 September 1895, dan diberi nama “Masjid Mohammadan” yang sekarang dikenal dengan “Masjid Babul Firdaus”.
Di Jongaya terdapat suatu sentra tempat pembuatan kerajinan tanah liat berupa gerabah, genteng, vas bunga, guci, dll. Kemudian tempat ini disebut Kampung Leppin.Leppin adalah suatu perusahaan pabrik genteng. Gerabah ini dijual sampai ke daerah Mandar dan daerah Bugis. Tanah liat diambil dari tanah disekitar Kampung Lempong. Jenis tanah liatnya sangat bagus.
Sejarah Kabupaten
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda dan berlakunya Indische Staatregeling (IS 1925) dibentuklah pemerintahan regent (bupati), distrik dan kampung. Kepala Distrik di Tamalate adalah Andi Mappagiling Karaeng Karuwisi yang kemudian digantikan oleh H.M.Kasim pada 1 Juli 1968, dan Kepala Kampung di Jongaya adalah Andi Massuraja Krg. Ngopi, kemudian digantikan oleh anaknya yaitu Abd. Kadir Dg.Guling. Kampung Jongaya meliputi beberapa kampung, yaitu: Miri, Borong Jambua, Kawa Balangboddong (berupa rawa rawa), Baengbaeng, Lempong.