“Electrifying Agriculture i adalah wujud komitmen PLN dalam memberikan pelayanan terbaik dengan sistem kelistrikan yang andal. Kami akan terus berinovasi untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, bukan hanya dalam mendukung ketahanan pangan, tetapi juga dalam menciptakan kesejahteraan,” ucapnya.
Ketua Kelompok Tani Romanga Bertani, Muh Gaptur, mengungkapkan bahwa kehadiran listrik dari PLN telah mengubah cara mereka bertani. Sebelumnya, mereka mengandalkan pompa air berbasis gas LPG untuk pengairan sawah, yang memakan biaya hingga Rp9,1 juta per panen. Kini, dengan listrik, biaya tersebut turun drastis menjadi Rp3,1 juta per panen, menghasilkan penghematan hingga 65 persen.
“Selain lebih hemat, pengairan sawah juga lebih efektif, dan kami tidak perlu lagi mengantre membeli tabung gas LPG,” kata Gaptur.
Hal serupa dirasakan oleh Syahruddin, seorang petani di Kabupaten Gowa. Dengan daya listrik terpasang sebesar 66 kiloVolt Ampere (kVA), ia mampu mengoperasikan pompa air yang mengairi 200 hektar sawah di tiga desa. Syahruddin menjelaskan bahwa sebelum menggunakan listrik, petani hanya bisa memanen satu kali dalam setahun. Kini, mereka mampu memanen hingga tiga kali setahun.
“Biaya operasional kami turun dari Rp360 juta menjadi Rp51 juta per panen, menghasilkan penghematan Rp309 juta atau sekitar 85,8 persen per panen,” ujar Syahruddin. (edo)