FAJAR, MAKASSAR — Meski dihantui perlambatan ekonomi global dan kebijakan moneter yang ketat, sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil. OJK mencatat pertumbuhan signifikan dalam kredit perbankan, dana pihak ketiga, dan transaksi aset kripto. Di balik angka-angka ini, upaya memperkuat pengawasan dan integritas industri terus menjadi prioritas.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi global masih cenderung terbatas. Ekonomi di sejumlah negara besar menunjukkan hasil yang berada di bawah ekspektasi. Namun, inflasi tetap menjadi tantangan utama yang mendorong langkah-langkah kebijakan bank sentral di berbagai negara.
“Bank-bank sentral global mulai mengambil sikap yang lebih netral ke depan, meski mayoritas telah menurunkan suku bunga kebijakan dalam dua bulan terakhir,” ujar Mahendra dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK, Selasa, 7 Januari, 2025.
Mahendra juga menyoroti perkembangan di Amerika Serikat (AS), di mana perekonomian dan data ketenagakerjaan menunjukkan pertumbuhan yang solid, meskipun inflasi masih bertahan pada tingkat yang tinggi. Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan pendekatan higher for longer dengan penurunan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis poin pada 2025, lebih kecil dibanding ekspektasi awal sebesar 75 basis poin.
“Selain itu, pasar terus mencermati kebijakan Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang turut memengaruhi volatilitas pasar keuangan global,” tambah Mahendra.
Dari kawasan Asia, Mahendra menyebut pemulihan di China mulai terlihat, khususnya pada sisi pasokan. Namun, permintaan domestik di negara tersebut masih lemah, ditunjukkan oleh data Consumer Price Index (CPI) yang mengalami disinflasi dan ekspor yang terkontraksi. Di sisi lain, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur berada di zona ekspansi, memberikan sinyal positif bagi sektor industri.