English English Indonesian Indonesian
oleh

Ekonomi Global 2025: Optimis Meskipun Berisiko Tinggi

Tren penurunan inflasi di negara maju dan EMEs memberikan kesempatan kepada Bank Sentral di masing-masing negara untuk melakukan relaksasi suku bunga. Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunganya menjadi 3,5% tahun 2025 dan 3,0% tahun 2026.

Penurunan suku bunga The Fed memberi peluang bagi bank sentral EMEs, seperti Bank Indonesia (BI) untuk ikut mengoreksi suku bunga acuan yang akan ikut menurunkan suku bunga pinjaman. Hal ini akan mendongkrak pertumbuhan investasi di EMEs secara umum dan Indonesia secara khusus.

Penurunan Federal Fund Rate (FFR), suku bunga acuan The Fed, membuat mata uang EMEs relatif stabil. Hal ini memberi peluang berkembangnya sektor industri manufaktur di EMEs, khususnya Indonesia yang barang inputnya masih banyak diimpor dari negara lain. Inflasi di EMEs, khususnya imported inflation akan relatif kecil.

Perkembangan positif indikator perekonomian negara-negara maju dan EMEs melahirkan optimisme terhadap perekonomian global. Dimana mayoritas lembaga riset ekonomi internasional terkemuka memberikan outlook positif terhadap perekonomian global dalam dua tahun ke depan.

Meskipun demikian, terdapat sejumlah resiko yang harus diantisipasi sehingga tidak berdampak negatif terhadap perekonomian global. Salah satunya adalah perubahan arah kebijakan makro ekonomi AS setelah pelantikan presiden baru, Donald Trump pada 20 Januari 2025.

Kebijakan makro ekonomi Trump akan fokus pada dua hal, yaitu: pertama, penurunan tarif pajak yang akan berdampak pada semakin tingginya defisit fiskal AS. Pengeluaran pemerintah AS kemudian dibiayai dari menerbitkan surat utang baru.

News Feed