FAJAR, MAKASSAR – Di Studio Kita Makassar, puluhan pecinta sastra berkumpul untuk membangun kembali semangat Sastra Kepulauan, Senin, 30 Desember 2024.
Forum Sastra Kepulauan menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Sastra Kepulauan: Representasi, Identitas, Nilai dan Fungsi Budaya Kepulauan”.
Asia Ramli Prapanca, penggagas acara, menyambut hangat peserta. “Kita ingin membangun kembali kesadaran akan pentingnya sastra kepulauan,” katanya. Ia mengingatkan bahwa Sastra Kepulauan dimulai pada 1999, vakum pada 2008, dan bangkit kembali pada 2014.
Dua pemantik, Mahrus Andis dan Aslan Abidin, memicu diskusi dengan gagasan-gagasan segar. Moderator Anil Hukma memandu perbincangan yang hangat dan inspiratif. Ram Prapanca mempresentasikan kisi-kisi sastra kepulauan, dari eksposisi hingga penganggaran.
“Kita ingin mengumpulkan data dan masukan untuk memperkuat pijakan kami,” kata Ram Prapanca. “Pada 2025, kita akan menggali dan menampilkan sastra kepulauan, termasuk cerita rakyat, mitos, legenda dan sastra modern yang beririsan dengan budaya kepulauan.”
Aslan Abidin, memantik gagasan yang berkelindan dengan sastra kepulauan sebagai suatu sastra perlawanan atas kerusakan alam yang dilakukan pemodal atas wilayah pesisir dan beberapa pulau-pulau.
Peserta rerata adalah sastrawan-sastrawan yang banyak meramaikan kesusatraan di Sulsel sejak tahun 80-an, mereka seperti, Yudistira Sukatanya, Tri Astoto Kodarie, Moch. Hasymi Ibrahim, Bahar Merdhu, Is Hakim, Faisal Yunus, pegiaat literasi Andi Wanua Tangke, Rusdin Tompo, Syarial Tato, Idwar Anwar, Amir Jaya, Asmin Amin, Azis Nojeng dan Irwan.AR.