TOWUTI, FAJAR — Di bagian barat Danau Towuti, ribuan orang menyandarkan hidup dengan cara bertani lada. Mereka hidup rukun dan sejahtera.
Kini, mereka terusik atas rencana pertambangan PT Vale Indonesia Tbk. Perusahaan tambang nikel itu sudah mengeksplorasi tahap kedua. Februari 2025, perusahaan pertambangan ini berencana mengebor dengan spasi 200 meter.
Jika tuntas, Vale akan melanjutkan pengeboran dengan spasi 100 meter. Kemudian terakhir dengan spasi 50 meter. Kegiatan pengeboran ini ditargetkan, tuntas hingga 2026.
“Untuk kegiatan ini, kami berjanji tidak akan masuk ke area pertanian lada masyarakat,” kata Ketua Tim Ekplorasi Blok Tanamalia PT Vale, Aswadin saat hadir pada RDP di Kantor DPRD Luwu Timur, Jumat, 27 Desember 2024.
“Namun, nantinya pasti akan menyentuh area pertanian lada masyarakat juga. Namun, tentu hal ini akan dilakukan jika sudah berdialog dengan masyarakat terdampak”.
Aswadin yang akrab disapa Kamto mengusulkan ada sensus terlebih dahulu. Seluruh petani lada akan didata untuk mengetahui kebutuhan mereka. Nantinya, akan diketahui seperti apa solusi yang akan diberikan perusahaan.
Blok Tanamalia dikenal dengan sebutan Loeha Raya yang terdiri atas lima desa, yakni Rante Angin, Loeha, Masiku, Bantilang, dan Tokalimbo,berlokasi di Kecamatan Towuti, Luwu Timur. Konsesi Vale di Blok Tanamalia seluas 17.776,78 Ha. Khusus di Desa Loeha dan Ranteanging seluas 9000 ha.
Di dua desa inilah pertanian lada memakmurkan masyarakat. Anggota Aliansi Petani Lada (APL) Loeha Raya (LR) Towuti, Rehan mengatakan, area perkebunan lada yang dikuasai oleh masyarakat seluas 4.239,8 HK. Sebagian besar masyarakat mengantongi sertifikat hak milik.