FAJAR, MAKASSAR — Sosialisasi uang asli harus terus dimasifkan di tengah maraknya peredaran uang palsu. Selain itu cara pembayarn via digital juga harus dikembangkan.
Pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sutarjo Tui, menyatakan, bahwa masyarakat harus diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kedua aspek tersebut. Tujuannya agar mampu beradaptasi dan terhindar dari risiko ekonomi.
Dalam era digital seperti saat ini, masyarakat menghadapi dua tantangan besar: memastikan keaslian uang fisik dan memahami mekanisme uang digital. Kedua hal ini memerlukan sosialisasi yang intensif dan berkelanjutan.
Menurutnya peredaran uang palsu masih menjadi ancaman nyata bagi perekonomian. Meski Bank Indonesia (BI) dan pihak terkait telah melakukan berbagai upaya untuk menangkal peredaran uang palsu, pemahaman masyarakat tentang cara mendeteksi keaslian uang belum merata.
“Edukasi mengenai ciri-ciri uang asli harus terus dilakukan. Teknologi keamanan pada uang kertas, seperti watermark, benang pengaman, dan tinta berubah warna, memang sudah canggih, tetapi jika masyarakat tidak tahu cara mengenalinya, maka potensi menjadi korban uang palsu tetap tinggi,” kata Sutarjo Tui, Minggu, 29 Desember 2024.
Lebih lanjut Sutarjo menjelaskan program seperti sosialisasi langsung ke pasar-pasar tradisional, sekolah, dan komunitas harus ditingkatkan. Selain itu, penggunaan media sosial sebagai platform edukasi dinilai sangat efektif dalam menjangkau generasi muda.
Di sisi lain, Sutarjo menyoroti pentingnya literasi digital dalam penggunaan uang elektronik dan aset digital. Meskipun transaksi non-tunai semakin populer, banyak masyarakat yang masih belum memahami risiko dan manfaatnya.