FAJAR, MAKASSAR — Pada pengujung tahun 2024 ini, Ma’REFAT INSTITUE Sulawesi Selatan kembali menggelar agenda rutin bulanannya, Ma’REFAT INFORMAL MEETING (REFORMING) yang ke-18. Tema yang diusung ialah Menelisik Pembangunan Makassar “Kota Dunia” dan “Tragedi” Banjir Tahunan, yang dilaksanakan di Kantor LINGKAR-Ma’REFAT Makassar, Minggu, 29 Desember.
Agenda REFORMING kali ini, menghadirkan dua pemantik diskusi yang berlatar belakang akademisi dan birokrasi, yakni; Dr. Ishak Salim, S.I.P., M.A. dan Arifin, S.AP., M.AP.
Mengawali diskusi, Zulkifli selaku moderator memantik audiens dengan mempertanyakan jargon pemerintah terkait “Makassar Kota Dunia”. Apakah “kota dunia” yang dimaksud hanya mengintegrasikan teknologi dalam pelayanan publik? Padahal, salah satu indikator world city adalah livable city. Di mana kota menjadi tempat yang layak huni untuk masyarakatnya. Makassar dengan “tragedi” banjir tahunannya, apa masih bisa dikatakan sebagai kota yang menuju kota dunia? Apalagi dengan pernyataan terbaru Wali Kota Makassar yang mengatakan, siapapun wali kotanya, Makassar akan tetap banjir”. Ungkapan ini seolah-olah menggambarkan bahwa tidak ada yang bisa menangani banjir Makassar, hingga menawarkan hadiah bagi siapapun yang mampu menangani banjir Makassar.
“Pertanyaannya, apakah banjir dan pembangunan adalah teman? Apakah dengan membangun hotel, mal, perumahan dan lain-lain itu meniscayakan banjir? Dan, adakah kota besar yang tidak mengalami banjir? Jika ternyata tidak ada. Maka mungkin akan menimbulkan pertanyaan, apakah alam yang salah, pemerintah atau kita sendiri? Faktor alam akibat cuaca ekstrem yang sering menjadi kambing hitam. Kebijakan dan upaya pemerintah yang di nilai kurang serius menangani banjir yang tiap tahun terjadi di Makassar,” ujar Arifin sebagai pemantik.