Kita mengkritik pergaulan bebas masyarakat Barat, tapi tidak mengapresiasi disiplin sosialnya (menghargai hukum, mematuhi pemerintahnya, menjaga kebebasan/kemerdekaan individu, dll). Sementara sebagian masyarakat kita hanyut dengan pergaulan bebas ala Barat ditambah tidak tumbuh disiplin sosial (tidak menghormati hukum, tidak sopan kepada pemimpin sendiri, mengancam kemerdekaan individu apalagi yang berbeda, dll).
Jadi, mari betulkan metode kita memperoleh pengetahuan dan bersikap rasional. Dalam hal ini, Barat boleh dicontoh. Saya biasa berpikir sederhana. Negara maju/unggul ialah negara yang pada semua aspeknya tidak bisa diancam. Tentu negara yang tidak/belum maju adalah yang mudah diancam/dikendalikan aspek² kehidupannya.
Inilah zaman borderless di mana kita hidup. Tiada batas, tiada pemisah. Kabar karena viral, pasti diketahui oleh siapa pun manusianya, di mana pun dia berada. “Kamera” viral siap 24 jam untuk merekam dan menyiarkan tentang kita. Tak ada yang bisa lolos dari rekamannya. “Bak” Raqib dan Atid, cctv Tuhan yang merekam semuanya, tanpa ada tersisa.
Dengan zaman borderless, ketulusan dan kerancuan orang biasa, tampak jelas. Kemampuan dan kelemahan leadership pemimpin juga sulit disamarkan. Begitulah setiap kejadian dan peristiwa gampang sekali dinilai itu baik atau buruk, itu kuat dan lemah. Zaman borderless mengungkapnya kepada dunia. Agaknya Barat lebih sadar mengenai zaman yang borderless. Membuat masyarakatnya lebih disiplin. Bukan tidak ada kejahatan. Tetapi masyarakatnya sangat menghargai kejujuran, selain juga menghargai waktu. Jadi, menilai Barat, harus diperhatikan setiap aspek kehidupannya. Ada yang baik, dan mungkin ini lebih banyak dari hal buruknya. Makanya, Barat masih unggul dalam banyak aspek dan boleh ditiru. Barat yang dimaksud ialah negara² Barat yang diakui kemajuannya. Tidak semua. (*)