Dua diva itu adalah Yusriani dan Andi Asrina. Keduanya adalah Dosen Promosi Kesehatan FKM UMI. Studi ilmu mereka adalah bagian dari ilmu Kesehatan masyarakat yang fokus mengajarkan upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara membantu memberi pemahaman dalam mengadopsi pola hidup sehat dengan melibatkan berbagai kegiatan, seperti: Pendidikan, Kebijakan dan peraturan, Organisasi, Intervensi sosial dan lingkungan.
Diva pertama adalah Prof. Dr. Yusriani, SKM, M.Kes yang meraih gelar Profesornya di usia 40 tahun sebagai profesor termuda di UMI sekaligus alumni pertama FKM UMI angkatan 2001. Dalam pidato pengukuhan profesornya di awal tahun (23/01/24) yang berjudul “Akselerasi Penurunan Angka Kematian ibu (AKI) Melalui Integrasi Media Komunikasi Kesehatan dalam Strategi Promosi Kesehatan berhasil Local Wisdom.” Ia menyoroti Angka Kematian Ibu dipengaruhi berbagai masalah seperti lingkungan, sosial budaya, perilaku, dan genetika, terutama daya tahan tubuh dalam menghadapi virus, bakteri, kuman patogen dan lain-lain. Menurutnya, budaya masyarakat di Sulawesi Selatan berpengaruh terhadap perilaku kesehatan reproduksi, baik secara positif maupun negative. Konsep promosi kesehatan yang diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia dalam menekan AKI cukup banyak, namun belum membuahkan hasil yang maksimal, Hal ini disebabkan karena belum ada intervensi berbasis masyarakat yang dilakukan secara optimal dan langsung menyentuh aspek local wisdom masyarakat.
Di penghujung tahun 2024 (16/12/2024) FKM UMI menghasilkan lagi satu guru besar, Prof. Dr. Andi Asrina, SKM, MKes, Dosen DPK (Kopertis IX) juga dari bidang Promosi Kesehatan. Dalam pidato pengukuhannya memaparkan strategi promosi kesehatan untuk pencegahan HIV/AIDS. Asrina mengusulkan pendekatan multi-level dengan melibatkan komunitas lokal sebagai kunci keberhasilan. “Kolaborasi dan edukasi adalah langkah penting dalam mengurangi stigma terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS),” ungkapnya. ia juga membeberkan, bahwa dalam pandangan Islam, HIV/AIDS dipandang sebagai penyakit yang memerlukan penanganan dengan pendekatan yang mencakup nilai-nilai agama, sosial selain medis. Islam menekankan pentingnya keseimbangan antara pencegahan, perawatan, dan dukungan moral serta spiritual bagi penderita. Islam menekankan pencegahan melalui prinsip moral dan etika, seperti adanya larangan perbuatan seks di luar nikah dan anjuran untuk setia pada pasangan halal.
Dua diva tersebut adalah prototipe wanita karier yang tetap istiqamah sebagai ibu rumah tangga di tengah kesibukan sebagai dosen. Mereka berdua juga dikenal sebagai peneliti handal dalam bidang Promosi Kesehatan dan banyak mempublis jurnal, baik nasional maupun internasional. Dalam beberapa penelitian bersama, saya melihat bagaimana Prof Yus selalu membawa tiga bidadarinya di tempat penelitian. Walaupun suaminya bertugas jauh dari Makassar sebagai seorang anggota TNI, namun pendidikan anak-anaknya selalu menjadi perhatian utama. Begitupun Prof Asrina figur ibu yang sangat bangga dengan anak-anaknya yang mensupport kegiatan akademiknya, sehingga anak-anaknya tetap menjadi nomor satu dalam keluarga setelah suaminya.
Saya ingin mengapresiasi kedua diva tersebut dalam menyosong Hari Ibu tahun 2024 ini, dimana Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menyampaikan tema, “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya, Menuju Indonesia Emas 2045”. Tema ini sangat tepat disemaikan pada dua Profesor tersebut. Dua Diva cantik nan jelita ini adalah perempuan-perempuan perkasa yang terus menelorkan ilmunya dalam mewujudkan SDM lewat pengabdiannya sebagai pendidik, peneliti dan pengabdi masyarakat. Mereka mengabdikan diri dalam mencerdaskan anak bangsa dan terus berkarya dalam memperkaya khasanah ilmu promosi Kesehatan tanpa mereka melupakan kodratnya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan seorang istri bagi suaminya serta seorang dosen bagi mahasiswanya. Kelak ilmu mereka akan berbuah manis dalam menyongsong manusia Indonesia di tahun emas 2045. Wallahu a’lam