Investigasi tersebut mencakup kesaksian dari lima karyawan “Instagram” mengenai perubahan yang dilakukan pada algoritma platform tersebut. Perubahan ini meningkatkan pengawasan dan penyensoran komentar Palestina pada kiriman yang dibagikan melalui “Instagram.”
Seorang karyawan yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa dalam waktu seminggu sejak 7 Oktober 2023, “algoritmanya dimodifikasi untuk mengambil sikap yang lebih agresif terhadap konten Palestina.”
Sebaliknya, Meta, perusahaan induk Instagram, mengakui telah menerapkan langkah-langkah perangkat lunak baru ini tetapi membenarkannya sebagai “perlu” untuk mengatasi apa yang digambarkannya sebagai “lonjakan konten kebencian” yang berasal dari wilayah Palestina.
Ia menambahkan bahwa perubahan yang dilakukan pada kebijakan platform digital sejak dimulainya perang di Jalur Gaza kini telah dibatalkan, meskipun tidak disebutkan kapan hal ini terjadi. Namun, muncul keraguan tentang kebenaran klaim ini, mengingat eskalasi pelanggaran digital yang sedang berlangsung terhadap konten Palestina dan media.
Data statistik Palestina yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan peningkatan hasutan digital Israel terhadap warga Palestina pada bulan November 2024. Data tersebut mendokumentasikan 84 contoh konten yang mencakup ujaran kebencian, seruan eksplisit untuk pembersihan etnis, dan dorongan untuk kegiatan permukiman.
Sebelumnya, Pusat “Sada Social” menerbitkan laporan yang menyoroti eskalasi pelanggaran digital di Palestina selama November 2024, mendokumentasikan lebih dari 500 pelanggaran di berbagai platform elektronik.
