English English Indonesian Indonesian
oleh

Mengenal Lebih Dekat Trisal Tahir, Anak Bantaran Sungai yang Ingin Membangun Palopo

Sampai akhirnya, pada tahun 2012 orang tersebut punya planning ingin menunjukkan sesuatu kepada Trisal. Saat itulah dia diminta bersekolah dan mengambil paket C. Setelahnya, Trisal terus melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Ternyata, itulah jalan suksesnya.

Saat ini, Trisal memiliki empat perusahaan dan punya kehidupan yang jauh lebih baik. Namun dia punya satu catatan, Trisal yang dahulu sama saja dengan saat ini, tidak ada yang berubah. Dia mengaku tidak mau melupakan jati dirinya sebagi orang yang pernah terlahir dalam keluarga miskin.

Dia mengaku, Trisal kecil tinggal bersama ibunya yang berprofesi sebagai pedagang sayur di pasar. Pada masa itu, orang tuanya memutuskan berpisah. “Itu betul-betul masa yang sulit. Kalau saat itu saya tidak sanggup menjalani, mungkin sudah depresi,” imbuhnya.

Perjuangan Trisal hingga ke titik ini tidak lepas dari pesan ibunya, untuk tetap menjadi pribadi yang berhati mulia. Sikap optimis harus menjadi pegangan hidup, sebab orang miskin bukanlah orang bodoh, sehingga bisa berbuat lebih banyak dan lebih tabah menghadapi aral lintang.

“Ibu saya selalu berpesan, jadilah orang yang selalu berhati mulia. Harus optimis, karena kalau kita selalu pesimis, tidak bisa berbuat apa-apa, akan menjadi hal buruk dan menjadi mindset yang tidak baik. Jadi biar susah, semangat, pasti menjadi orang sukses,” tutupnya mengakhiri pembicaraan kami. (*)

News Feed