English English Indonesian Indonesian
oleh

Mengenal Lebih Dekat Trisal Tahir, Anak Bantaran Sungai yang Ingin Membangun Palopo

Rumah bapak saya dahulu di tepi sungai, saya tumbuh di sana. Makanya kalau pagi, sebelum ke sekolah, saya cuci mobil orang dahulu di pinggir sungai itu, cari uang jajan dan sebagian ditabung.”

WIDYAWAN SETIADI
MAKASSAR

Sore ini sembab. Permukaan aspal di Jl Haji Bau, Makassar, masih basah. Beberapa genangan air juga masih tersisa dari hujan yang turun sejak siang. Di balkon depan Hotel Arthama, saya menemui Trisal Tahir. Wali Kota Palopo terpilih versi rekapitulasi KPU.

Ini pertemuan pertama kami. Bahkan saya awalnya tidak menyangka pria berkaos polos hitam itu Trisal. Setelannya santai. Memadukan kaosnya dengan celana jeans dan sandal kulit. Cukup sederhana bagi pengusaha sukses seperti dirinya.

“Saya memang begini. Belakangan ini, saya seperti menjadi pengangguran sejati. Banyak tinggal di rumah dari pada ke kantor. Paling cuma menyapa masyarakat, lebih santai saja,” Trisal membuka percakapan.

Pertemuan kami sebenarnya sudah terjadi beberapa waktu lalu. Saat itu, Trisal sedang berjuang untuk jalan pengabdiannya di Palopo melalui kontestasi pemilihan wali kota. Tepatnya, saat dia sedang berjuang lepas dari isu “ijazah bodong” yang digaungkan segelintir oknum.

Namun nyatanya, itu tidak terbukti juga. Bahkan Trisal sukses mengungguli perolehan suara dari para rivalnya. Dia bersama Akhmad Syarifuddin mendulang 33.933 suara. Unggul 595 suara dari pasangan Farid Kasim Judas-Nurhaenih yang meraup 33.338 suara.

Itu karena semangat dan ketulusannya untuk menghibahkan diri kepada tanah kelahirannya. Kata dia, sesuatu yang diawali dengan niat baik harus diakhiri dengan niat baik juga.

News Feed