FAJAR, MAKASSAR — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan signifikan dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Sulsel. Hingga Oktober 2024, total penyaluran KPR mencapai Rp27,41 triliun, mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 15,43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data ini mencerminkan tingginya permintaan masyarakat terhadap kepemilikan rumah, khususnya di wilayah perkotaan.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, mengungkapkan bahwa wilayah perkotaan seperti Makassar, Parepare, dan Palopo mendominasi sebaran penyaluran KPR di Sulsel. Makassar menjadi wilayah dengan penyaluran KPR terbesar, mencapai Rp22,68 triliun atau 82,73% dari total KPR yang disalurkan, dengan jumlah debitur mencapai 129.862.
Setelah Makassar, Kota Parepare berada di posisi kedua dengan penyaluran KPR sebesar Rp1,74 triliun atau 6,36% dari total, kepada 11.409 debitur. Diikuti oleh Kota Palopo dengan penyaluran sebesar Rp772 miliar atau 2,82% kepada 5.451 debitur.
Sebaliknya, distribusi penyaluran KPR di wilayah kabupaten di Sulsel masih tergolong rendah. Kabupaten Luwu menjadi wilayah dengan penyaluran KPR terendah, hanya sebesar Rp1,53 miliar, diikuti oleh Tana Toraja sebesar Rp3,27 miliar, dan Jeneponto sebesar Rp4,42 miliar.
“Perbedaan besar ini mencerminkan tingginya konsentrasi kebutuhan rumah di perkotaan dibandingkan dengan wilayah kabupaten,” kata Darwisman, Kamis, 12 Desember 2024.
Penyaluran KPR di Sulsel tidak hanya tumbuh dari segi nominal, tetapi juga dari jumlah jenis rumah yang dibiayai. Berdasarkan data OJK, KPR untuk rumah tinggal tumbuh 15,27% secara tahunan, dengan total nilai mencapai Rp25,39 triliun. Segmen ini mendominasi dengan pangsa pasar 92,63% dari keseluruhan penyaluran KPR di Sulsel.