Oleh: Rani Adriani
Mahasiswa semester 5, Universitas Negeri Makassar
Dalam berbagai kalangan kehidupan masyarakat, tentunya tidak lepas dari sistem ekonomi. Perekonomian adalah sebuah penopang dalam setiap kehidupan individu, keluarga, atau negara, mereka mengandalkan ekonomi untuk keberlangsungan hidup mereka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekonomi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang dan kekayaan. Ekonomi mencakup pemanfaatan tenaga, waktu, dan hal-hal berharga lainnya, serta tata kehidupan perekonomian suatu negara.
Perekonomian adalah sebuah tonggak yang digunakan manusia untuk menghasilkan uang dan juga membentuk sebuah kekayaan yang dapat mereka nikmati. Seiring dengan berkembangnya zaman, sistem ekonomi masyarakat telah mengalami perkembangan, yang berhasil menciptakan beberapa kongsep atau paham-paham dari sistem ekonomi yang banyak digunakan di masa sekarang. Salah satunya adalah Kapitalisme. Dalam KBBI, kapitalisme diartikan sebagai sistem atau paham ekonomi yang modalnya bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan di pasaran bebas.
Beberapa peristiwa penting yang disebut sebagai Revolusi Komersial berkontribusi pada munculnya kapitalisme perdagangan pada abad ke-16 dan ke-17. Revolusi ini menandai awal perkembangan kapitalisme yang ditandai dengan ekspansi perdagangan global, eksplorasi geografis, dan pembentukan institusi ekonomi baru.
Dalam perkembangan kapitaslime juga ada istilah Merkantilisme yang merupakan sebuah sistem ekonomi yang mendorong akumulasi kekayaan negara melalui perdagangan, monopoli dagang, dan penjajahan.
Kapitalisme adalah sebuah istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat, karena kita semua tidak lepas dari sistem ekonomi kapitalisme. Terutama dalam kehidupan masyarakat modern sekarang yang berkembang di tengah dampak kapitalisme, baik itu dalam bidang politik, sosial, ekoomi, serta budaya.
Dalam masyarakat kapitalis, stabilitas politik sering kali bergantung pada stabilitas ekonomi karena keduanya saling memengaruhi secara mendalam. Sistem kapitalisme mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan menjaga kesejahteraan masyarakat. Ketika terjadi krisis ekonomi, seperti resesi atau inflasi yang tinggi, dampaknya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama kelas pekerja, melalui pengangguran, penurunan daya beli, dan meningkatnya ketidaksetaraan.
Ketidakpuasan ekonomi ini sering kali memicu protes sosial, penurunan kepercayaan terhadap pemerintah, dan bahkan gejolak politik. Selain itu, ketidakmampuan pemerintah atau lembaga terkait untuk mengatasi krisis ekonomi dengan cepat dapat memperparah instabilitas politik, memperkuat polarisasi, serta membuka peluang bagi kelompok ekstrem untuk mendapatkan dukungan. Oleh karena itu, dalam sistem kapitalis, kestabilan politik dan ekonomi saling bergantung, di mana ketidakstabilan di salah satu aspek dapat mengancam keseluruhan tatanan masyarakat.
Sebagai respons masyarakat terhadap kapitalisme dalam bidang sosial, masyarakat kini semakin menuntut adanya bentuk kapitalisme yang lebih inklusif dan berkelanjutan, yang tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi semata, tetapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. Kapitalisme hijau muncul sebagai salah satu bentuk alternatif, yang menekankan pada penerapan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam kegiatan ekonomi, seperti pengurangan emisi karbon dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Selain itu, konsep ekonomi berbasis kesejahteraan sosial juga semakin mendapat perhatian, di mana tujuan utama ekonomi bukan hanya untuk menciptakan kekayaan material, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup, mengurangi ketimpangan sosial, dan memastikan pemerataan akses terhadap layanan dasar, seperti kesehatan dan pendidikan. Dengan adanya tuntutan ini, masyarakat berharap terciptanya sistem ekonomi yang dapat memperbaiki kondisi planet dan kehidupan sosial secara bersamaan, serta menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan serta keadilan sosial.
Keberlanjutan lingkungan, seperti penggunaan sumber daya alam yang ramah lingkungan dan pengurangan emisi karbon, menjadi faktor penting bagi konsumen yang peduli terhadap perubahan iklim. Selain itu, perhatian terhadap kesejahteraan pekerja, seperti upah yang adil, kondisi kerja yang aman, dan hak asasi manusia, semakin mempengaruhi keputusan pembelian.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga dilihat melalui kontribusi mereka terhadap masyarakat, seperti program filantropi dan keterlibatan dalam isu-isu sosial yang lebih luas. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menunjukkan komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip ini lebih cenderung memenangkan kepercayaan dan loyalitas konsumen di pasar yang semakin kompetitif.
(*)