Oleh : Sakinah Fitrianti*
Perhelatan Musyawarah Daerah (Musyda) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Selatan (Sulsel) menghitung hari. Kontestasi dua tahunan organisasi otonom dari Muhammadiyah ini bakal dihelat di Kabupaten Maros pada 14-15 Desember 2024.
Ratusan kader IMM se-Sulsel akan berkumpul di Kabupaten Maros, memilih Ketua Umum dan Formatur untuk masuk dalam jajaran pengurus IMM Sulsel periode selanjutnya. Namun ironi, perhelatan ini tanpa diikuti oleh figur perempuan atau yang akrab dengan sebutan Immawati di organisasi yang khas dengan julukan merah marun ini.
Untuk posisi Calon Ketua Umum (Caketum) hanya ada dua calon yaitu Adrian yang merupakan Ketua Umum IMM Kota Makassar dimasanya dan Khalifah yang saat ini berstatus sebagai Pengurus DPD IMM Sulsel.
Padahal dalam catatan sejarah dunia, beberapa tokoh perempuan telah memegang posisi kekuasaan sepanjang sejarah, termasuk Ratu Balqis, Benazir Bhutto, dan Corie Aquino, Megawati Soekarno Putri hingga sosok Puan Maharani yang menjabat sebagai Ketua MPR dua periode hingga saat ini. Begitu juga di Sulsel untuk posisi jabatan Ketua DPR Sulsel periode sebelumnya dijabat oleh Andi Ina Kartika Sari dan periode saat ini dijabat oleh sosok perempuan Andi Rachmatika Dewi.
Perhelatan Musyda yang akan berlangsung di Kabupaten Maros ini juga menjadi sebuah saksi perjalanan dari kemunduran zaman yang terjadi dalam tubuh IMM di Sulsel. Tercatat, sejak berubahnya aturan pemilihan menjadi pemilihan caketum tersendiri dan pemiliham formatur, pertama kalinya di Musyda Kabupaten Bantaeng diikuti oleh salah satu figur perempuan sebagai Caketum dari IMM Makassar Timur, setelah itu pada Musyda Malino juga diikuti oleh figur perempuan dari IMM Palopo untuk posisi Caketum. Namun, pada Musyda kali ini tidak seorang pun immawati berani mengambil peran untuk menjadi saksi perjalanan kepemimpiman di IMM.