Ironi ini juga terjadi, di saat sebelumnya DPD IMM Sulsel melalui Bidang Immawatinya berhasil menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Khusus Immawati (Diksuswati) III.
Kegiatan ini, seyogiayanya sebagai output terhadap lahirnya figur immawati sebagai pemimpin, immawati dipersiapkan sebagai leader. Namun sayangnya, kegiatan ini hanya kegiatan penutup program kerja DPD semata yang tak mampu melahirkan figur pemimpin di tataran DPD IMM Sulsel.
Tak satupun alumni Diksuswati III ini tertera namanya di posisi panggung 01 DPD IMM Sulsel, nama-nama alumni Diksuswati III hanya mampu bertengger di posisi calon formatur semata. Harusnya ini menjadi catatan bahwa program kerja ini tak mampu menampilkan kualitas alumninya untuk bertarung memperebutkan kursi 01 di DPD IMM Sulsel.
Eksistensi immawati tak nampak dalam konstestasi bergengsi di tingkat wilayah IMM Sulsel, immawati justru hadir melengkapi para calon formatur yang masih didominasi oleh immawan. Immawati seyogiayanya harus mampu mengambil peran strategis itu. Bukan semata menjadi pelengkap, pelengkap dari calon formatur dan bukan menjadi pelengkap dari posisi struktural di kepengurusan IMM Sulsel.
Padahal, eksistensi itu perlu untuk ditunjukkan, sebab semua memiliki kesempatan yang sama, tanpa melihat adanya perbedaan jenis kelamin. Perempuan di IMM pun diberikan ruang yang sama. Namun, menjemput ruang itu immawati belum melangkah. Akhirnya ruang untuk panggung 01 DPD IMM Sulsel tak mampu menampakkan sosok immawati, mereka bertengger dibalik layar calon formatur, semoga saja ada usaha dalam merebut posisi 01 calon formatur dan menempatkan immawati menjadi leader dalam menyusunan struktur kepengurusan bukan lagi sebagai pelengkap.