FAJAR, JAKARTA–Komisi VI DPR RI menilai kinerja keuangan PT Semen Indonesia Group (SIG) beserta anak usahanya, PT Semen Padang kian memburuk yang disebabkan pasca-maraknya kehadiran pabrik semen swasta yang memberikan harga jual jauh lebih rendah.
Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron memaparkan selisih harga jual antara produk semen Indonesia dengan semen kompetitor berkisar Rp10.000. Predatory pricing ini, tambahnya, membahayakan keberlangsungan operasional PT SIG.
“Kehadiran satu pabrik semen baru dapat merebut 10 persen pangsa pasar PT SIG. Hal ini perlu menjadi perhatian semen Indonesia, mengingat turunnya market share PT SIG pada tahun 2024. Dari angka 61 persen pada 2023, namun menurun ke angka 49 persen pada tahun 2024,” ujarnya dikutip dari dpr.go.id, Minggu (8/12/2024).
Negara kata dia harus memiliki afirmasi politik terhadap BUMN yang dimilikinya. Karena, jika tidak maka akan menurun produksi semen dari BUMN pelat merah itu.
“Nanti resiko terhadap penghentian tenaga Kerja dan lain sebagainya. Oleh karena itu harus ada kebijakan pemerintah untuk moratorium (pendirian pabrik semen swasta). Kalau pun tidak harus moratorium, yang mungkin saja pabriknya pasca 2024 ini terbangun dan izin-izin baru, maka dipersilahkan. Tetap wajib menjualnya di luar negeri, wajib ekspor. Sehingga, tidak memperparah terhadap situasi suplai di dalam negeri,” jelas Politisi Fraksi Partai Demokrat ini.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Andre Rosiade menyebut PT SIG lebih membutuhkan evaluasi menyeluruh secara internal. Termasuk, juga mengevaluasi strategi di internal PT Semen Padang. Meski demikian, ia juga mengakui kehadiran kompetitor menjadi tantangan baru bagi PT SIG beserta anak perusahaannya.