FAJAR, MAKASSAR-Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Prof. Kamaruddin Amin mengatakan Indonesia beruntung memiliki ormas besar bernama Nahdlatul Ulama yang kontribusinya tidak lagi diragukan terhadap bangsa ini.
Hal tesebut diungkapkan Kamaruddin Amin dalam sambutannya pada acara pembukaan Sosialisasi Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Wilayah Sulawesi Selatan yang digelar di Hotel Karebosi Premier Makassar, Kamis 5 Desember 2024.
“Seluruh Lembaga dan Kementerian telah berupaya mengatasi persoalan keluarga di negeri ini, namun tentu tidak pernah cukup, tidak pernah mampu tanpa engagement dengan civil society. Dan saya kira Indonesia sangat beruntung memliki ormas besar yang bernama Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.
Lanjut dikatakan, bahwa persoalan bangsa ini tidak bisa diselesaikan hanya secara formal oleh tokoh-tokoh formal, namun justru tokoh-tokoh informal, civil society dan ormas-ormas keagamaan memiliki peran sangat sentral bahkan fundamental, terutama dalam mengatasi persolan keluarga.
Selain itu, Kamaruddin Amin juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap tingginya angka stunting di Indonesia saat ini yang mencapai angka 20 persen.
“Angka stunting di Indonesia masih diatas 20 persen. Ini angka yang tidak sedikit. Kalau peristiwa kelahiran 3 smpai 3,5 juta pertahun, jika 20 persen diantaranya mengalami stanting maka terdapat 600 rbu anak-anak stunting di Indoensia setiap tahun,” bebernya.
Kalau ini tidak dilakukan langkah-langkah signifikan untuk mengatasinya, sambung Kamaruddin Amin, maka 20 tahun kemudian ada berapa anak Indonesia yang stunting.
“Tentu kita tidak mungkin mencapai Indonesia Emas, dengan generasi berkualitas jika banyak sekali anak-anak kita yang mengalami stunting,” imbuhnya.
Prof Kamaruddin Amin yang baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama ini sangat mengapresiasi keterlibatan ormas-ormas islam dalam mengkampanyekan gerakan pencegahan stunting dan persoalan keluarga di Indonesia.
‘Persoalan keluarga, termasuk stunting menjadi hal yang fundamental bagi bangsa ini. Oleh karena itu peran dan keterlibatan civil society sangat dibutuhkan, seperti langkah-langkah yang dilakukan oleh Satgas GKMNU melalui pelibatan masyarakat dalam program ketahanan keluarga,” pungkasnya.
Gus Yahya: Waspada Ideologi Anti Keluarga dan Ideologi Kedaulatan Reproduksi
Sementara itu, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf dalam arahannya menyebutkan PBNU saat ini telah berhasil membentuk Satgas GKMNU di 9 provinsi, yakni seluruh Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, NTB dan Sulawesi Selatan.
“Alhamdulillah setelah setahun menggulirkan program ini, kita berhasil membentuk Satgas GKMNU di 9 prvinsi dan punya 100 ribu orang lebih kader Satgas GKMNU di seluruh Indonesia dengan tidak kurang 2,5 juta keluarga yang menjadi partisipan GKMNU ini,” sebutnya.
Ditambahkan Gus Yahya, sapaan akrabnya, bahwa membangun agenda gerakan keluarga maslahat Nahdlatul Ulama adalah merupakan keharusan untuk mewujudkan kembali apa yang selama ini menjadi khittah para ulama berabad-abad lamanya.
“NU adalah Pesantren besar dan Pesantren adalah NU kecil. Maka yang dilakukan NU adalah perwujudan dari peran pesantren itu sendiri, kemudian diorkestrasi dalam skala yang lebih luas dan dikembangkan cara pengelolaannya sehingga lebih efektif di tengah masyarakat,” ujarnya menambahkan.
Gus Yahya lebih jauh mengulik tentang peran para tokoh NU serta Satgas GMKN dalam pengambangan jaringan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan sosialisasi GKMNU melalui pelibatan masyarakat dalam program ketahanan keluarga.
Gus Yahya menjelaskan, GKMNU merupakan program untuk ketahanan keluarga sebagai wujud kehadiran NU di tengah masyarakat sebagaimana tradisi para kiai-kiai NU yang selalu hadir ketika dibutukan masyarakat. Menurut Gus Yahya, bangsa yang kuat berakar dari keluarga yang maslahat. Bahkan, kata Gus Yahya, peradaban berawal dari keluarga.
“Agama dihadirkan oleh Allah SWT di tengah-tengah umat manusia melalui wahyu yang turunkan kepada Rasul untuk membangun peradaban. Setiap Rasul senantiasa membawa pembaharuan peradaan yang pada dasarnya merupakan pertolongan Allah untuk memperbaiki umat manusia,” papar Gus Yahya.
Gus Yahya melanjutkan, pondasi peradadaban paling utama adalah reporduksi manusia. Sebab, kata Gus Yahya, peradaban terbangun oleh lintas generasi berabad-abad lamanya hasil dari reproduksi manusia. Maka keluarga adalah awal dari membangun peradaban.
Namun, Gus Yahya mengingatkan, di tengah dunia yang kacau-balau hadir berbagai tawaran-tawaran berbagai arah ideologi yang melenceng dari nilai agama dan membunuh peradaban. Gus Yahya mencontohkan, adanya idoelogi anti keluarga dan ideologi kedaulatan repoduksi yang ramai karena menjadi tema kampanye dalam Piplres Amerika Serikat.
“Apa artinya? Artinya perempuan berdaulat atas tubuhnya. Dia boleh menggugurkan kandungannya, kapan pun dia mau. Kenapa, karena dalam ideologi mereka, kegiatan reporduksi tidak lagi dikaitkan dengan tanggungjawab dan amanah dari Allah. Bagi mereka kegiatan reproduksi dianggap rekreasi belaka. Ini masya Allah, ketika kegiatan reproduksi dihinakan, maka tsumma naudzubillah min dzalik peradaban yang dilahirkan oleh mayarakat seperti itu tidak akan menjadi peradaban yang mulia,” tegas Gus Yahya.
Oleh karena itu, Gus Yahya menjabarkan, program GKMNU memiliki visi idelanya membantu keluarga-keluarga mengemban untuk membangun peradaban yang mulai. GKMNU ingin membangun perdaban dengan meningkatkan kapasitas kemampuan kemaslahatan keluarga. “Sehingga seluruh jamaah NU bersama-sama menjadi keluarga maslahat yang diwarnai kemuliaan ahlak,” pungkasnya.
Tujuan dari program tersebut, untuk menghadirkan manfaat keberadaan NU di kalangan warga NU. “Semua (program) itu, kita salurkan dalam koridor GKMNU, untuk menciptakan dampak nyata dalam hidup nyata Nahdliyyin,” ujar Gus Yahya.
GKMNU merupakan salah satu kegiatan dari satu paket agenda PBNU dengan tujuan dan sasaran spesifik lain. Selain itu, GKMNU juga ada agenda verifikasi dan validasi pengurus di MWCNU dan ranting. Ada juga program kaderisasi PBNU. Ini semua akan bersentuhan dengan kepengurusan NU di level ranting, sehingga GKMNU akan membentuk struktur mulai dari level pusat, wilayah, cabang dan MWC. Program GKMNU juga menjadikan kerja-kerja NU di level cabang lebih koheren dan berkesinambungan. Karena, hanya dengan itu gerakan besar NU akan secara simultan dirasakan masyarakat NU.
Kegiatan ini turut dihadiri Direktur Bina Keluarga Sakinah Kemenag RI, Dr. H. Cecep Khairul Anwar, M.Ag, Wakil Ketua Satgas Nasional GKMNU, Hj. Alissa Wahid, beserta Tim Satgas Nasional GKMNU. Hadir pula Rais Syuriah PWNU Sulawesi Selatan, AG. Dr. KH. Baharuddin Abdul Safa, MA, Ketua PWNU Sulsel, Prof. Dr. H. Hamzah Harun, Kakanwil Kemenag Sulsel, H. Muhammad Tonang, M.Ag, serta para Ketua PCNU, PC Ansor dan Banom Nahdlatul Ulama se-Sulsel. (*/)