Ia memilih untuk menulis cerita berlatar belakang Makassar dengan tujuan memperkenalkan budaya kota tersebut kepada masyarakat di luar daerah, agar lebih dikenal luas.
“Inspirasi saya menulis buku ini mungkin karena saya terinspirasi oleh banyak orang hebat. Tapi itu hanya sebagai panutan untuk tetap berkarya,” jelasnya.
Ia juga mengaku ingin mengembangkan potensi dirinya sebagai seorang penulis. Berimajinasi dan menuangkan segala isi pikirannya ke dalam tulisan membuatnya ingin terus berada dalam dunia kepenulisan.
“Saya memilih cerita berlatar Makassar karena saya merasa kurang ada yang menceritakan kisah kota ini yang penuh kenangan. Makanya, saya berusaha memperkenalkan budaya Makassar kepada orang di luar daerah, agar lebih banyak yang mengenal kota ini,” ujar perempuan berusia 19 tahun ini.
Tidak mudah bagi Fatim untuk menerbitkan bukunya. Proses penerbitan Anjungan Losari memakan waktu yang cukup panjang dan berhasil menarik perhatian seorang editor penerbit. Di tengah rasa ragu, ia sempat khawatir apakah cerita tersebut akan diterima, terutama oleh pembaca di Makassar. Namun, setelah mempertimbangkan dengan matang, ia memutuskan untuk melanjutkan. Proses penerbitan pun tidak mudah, mulai dari pemilihan naskah, penandatanganan kontrak, bedah naskah, hingga buku siap dipasarkan.
Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, ia tetap semangat menyelesaikan buku tersebut.
“Prosesnya cukup panjang. Kalau dibilang harus ramai dulu, tidak juga, karena cerita saya tidak begitu banyak yang baca, tapi cukup menarik. Mungkin karena cerita ini berlatar Makassar yang jarang orang baca, apalagi orang Makassar sendiri, sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Saya menulis sesuai dengan hobi saya, meluangkan waktu di sela-sela kesibukan, hingga akhirnya salah satu editor penerbit menghubungi saya. Kami sempat mengobrol, dan akhirnya cerita saya diterima untuk diterbitkan. Awalnya, saya ragu karena ini cerita baru, apalagi bertemakan Makassar, saya takut tidak diterima atau tidak disukai. Namun, saya berusaha meyakinkan diri sendiri. Setelah beberapa waktu berpikir, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan ke penerbitan. Prosesnya di sana juga cukup panjang, mulai dari pemilihan naskah, tanda tangan kontrak, bedah naskah, dan akhirnya buku siap dipasarkan,” tambahnya.