Oleh: Marsuki
(Guru Besar FEB Unhas dan Komisaris Independen BSSB)
HARIAN.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Menarik mengevaluasi kinerja dan posisi Bank Pembangunan Daerah (BPD) secara makro menjelang akhir tahun 2024.
Evaluasi tersebut dalam rangka mengetahui kondisi dan kesiapan BPD menghadapi berbagai perubahan kedepan yang cepat, berisiko, serta berpeluang bisa dimanfaatkan di tengah perkembangan ketidakpastian perekonomian. Berbagai upaya terus disiapkan otoritas terkait, BPD termasuk Pemda agar BPD mampu berbuat terbaik.
Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) menyampaikan data kinerja bisnis dan keuangan BPD se-Indonesia (BPD-SI) dengan 12 indikator untuk periode 2019 sampai Juni 2024.
Meliputi: Asset, Modal inti, Laba, NIM, CAR, ROA, ROE, BOPO, NPL, DPK, KREDIT, dan LDR. Tren perkembangan masing-masing indikator bervariasi sesuai Kelompok Usaha Bank (KUB) BPD, yang terbagi tiga kategori, yakni: Kelompok Bank Bermodal Inti (KBMI 1) sampai Rp 6 triliun, 22 BPD; KBMI 2, bemodal inti Rp 6-17 triliun, 4 BPD; dan KBMI 3 bermodal inti Rp. 17-70 triliun, 1 BPD. Belum ada BPD kategori KBMI 4, bermodal inti lebih dari Rp 70 triliun.
Lokasi BPD tersebar di tiga wilayah: Wilayah Timur, 9 BPD; Wilayah Barat, 8 BPD, dan Wilayah Tengah, 10 BPD. Konsentrasi BPD KBMI 1 di wilayah Timur dan Barat, berjumlah 22 BPD. Kemudian BPD kategori KBMI 2 hanya 4, BPD Jateng, BPD Jatim, BPD DKI, dan BPD Kaltara. Sedangkan BPD kategori KBMI 3 hanya 1, yakni Bank Jabar (BJB).
Berdasarkan data dan informasi yang ada, bisa dilakukan analisis mengenai posisi kinerja BPD-BPD tersebut.
Di antaranya Bank Sulselbar (BSSB) dibanding BPD-SI. Sehingga bisa diperoleh gambaran bagaimana posisi dan peran BSSB dalam pembangunan di Sulselbar khususnya dalam statusnya sebagai lembaga usaha bermotif laba maupun statusnya sebagai mitra Pemda dalam membangun daerah.
Evaluasi BSSB sebagai lembaga usaha bermotif laba bisa dilakukan dengan menggunakan metode tertentu berdasarkan data-data resmi. Diantaranya dengan metode tipologi Klassen, dilakukan dengan menganalisis pola hubungan antara Laba dengan faktor-faktor penentunya, utamanya: Net Interest Margin (NIM), Return on Asset (ROA), Biaya Operasional (BOPO), Risiko kredit macet (NPL), dan Rasio Modal terhadap Asset (CAR).
Tujuannya, untuk memperoleh gambaran bagaimana posisi kinerja BSSB dibanding BPD-SI yang bisa di empat (4) kemungkinan kategori, yakni, Baik, Cukup Baik, Lumayan Baik, dan Kurang Baik.
Metode penentuannya bisa dijelaskan seperti berikut. Misalnya kasus pola hubungan antara Laba dengan NIM, maka posisi BPD dalam kategori “Baik” jika Laba dan NIM BPD lebih besar dari rata-rata laba dan NIM BPD-SI. Kemudian, posisi BPD dalam kategori “Cukup Baik” jika labanya lebih besar dari laba rata-rata BPD-SI sedangkan NIM-nya lebih kecil dari NIM rata-rata BPD-SI.