English English Indonesian Indonesian
oleh

Geliat Ekonomi Hijau di Sektor Pertambangan

“Ini guna memastikan limbah yang dihasilkan dari proses tambang dikelola dengan aman dan efisien, tanpa merusak lingkungan,” ucapnya.

Direktur Independen & Chief Financial Officer PT VaIe Indonesia, Rizky Andhika Putra, menjelaskan sebagai perusahaan pertambangan nikel terkemuka di Indonesia, haknya terus mendukung transisi energi bersih. Khususnya dalam pengembangan teknologi kendaraan listrik yang ramah lingkungan.

“Pihaknya terus berkomitmen untuk inovasi tambang hijau dan program tanggung jawab sosial yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal. Hal ini semakin menegaskan posisinya sebagai pelopor dalam keberlanjutan di sektor bahan dasar,” ulasnya.

Data yang dilansir Wahana lingkungan hidup Indonesia (Wahli) Sulsel indutri pertambangan selalu bersentuhan dengan masalah lingkungan. Berdasarkan catatan BNPB, dalam 10 tahun terakhir terjadi lonjakan lima kali lipat angka kejadian bencana yang Tahun 2013 hanya tercatat 50 kejadian bencana namun pada tahun 2023 angkanya naik menjadi 267 kejadian bencana. Selain itu, dalam sepuluh tahun terakhir total sudah ada 1.345 angka kejadian bencana dengan 1.641.706 jiwa yang menjadi korban akibat bencana ekologis.

Hutan Sulsel juga mengalami devisit yang cukup besar. Tahun 2001-2022, ada sekitar 85.270 hektare hutan di Sulsel yang hilang atau setara dengan 119.425 lapangan sepak bola. Saat ini, hutan tersisa di sulsel hingga tahun 2023 yakni 1.359.039 Ha atau hanya tersisa 29,70 % dari luas provinsi.

Kepala departemen riset dan keterlibatan publik Wahli Sulsel, Slamet Riadi menjelaskan dari 139 DAS yang ada di Sulsel hanya sekitar 38 DAS yang masuk dalam kategori sehat. Hal ini dikarenakan memiliki tutupan hutan di atas 30%. Sedangkan sisanya sebanyak 101 DAS atau 72,6 % DAS mengalami kritis. Kondisi ini lah yang juga berkontribusi atas tingginya angka kejadian bencana di Sulsel utamanya bencana banjir, longsor, dan kekeringan.

News Feed