Perjuangan Penyandang Disabilitas Mengeyam Pendidikan
FAJAR, MAKASSAR- Perjalanan hidup seorang Nabila May Sweetha penuh liku. Di umur yang masih belia, dia harus merasakan diskriminasi karena ketidaksempurnaan fisik yang dimilikinya. Perempuan asal Pangkep ini seorang tuna netra.
Saat ini, ia tercatat sebagai mahasiswa Totally Blind Departemen Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Gadis kelahiran 2003 ini termasuk berprestasi dan aktif menyuarakan kesetaraan bersama teman-temannya melalui lembaga yang mereka bentuk, yakni Gerakan Mahasiswa dan Pemuda untuk Kesetaraan (Gemparkan).
Semangat dan mimpi besarnya untuk terus menyuarakan Inklusi Difabel tidak datang begitu saja. Tetapi lahir dari rentetan panjang perjalanan hidupnya yang memilukan sejak kecil hingga saat ini. Ia kerap dirundung dan mendapat perlakuan tidak adil dari sekitarnya. Ironisnya, itu ia dapatkan dari oknum guru di sekolah.
Perempuan yang akrab disapa Lala ini kepada penulis bercerita, keterbatasan yang dimilikinya tidak sejak lahir. Ia mengalami kebutaan saat berusia 14 tahun. Pada 2015, awalnya mata kiri Lala memerah. Ia mengira hanya sakit biasa, namun lama-kelamaan semakin merah dan berbulan bulan tetap saja begitu. Tidak ada perubahan lebih baik.
“Pas dibawa ke rumah Sakit, kata dokter sudah terlambat. Menurut dokter spesialis mata anak yang menangani waktu itu, Lala terjangkit virus tourchplasma yang diduga kuat dari kelinci peliharaannya,” jelasnya, Minggu 17 November 2024.
Di usia yang masih sangat muda, ia harus menerima tindakan operasi untuk menyembuhkan matanya. Ia harus merelakan banyak waktu belajarnya untuk berobat. Berbagai macam upaya dilakukan untuk sembuh, mulai pengobatan tradisional, medis, hingga mendatangi orang pintar.