Selain itu, Nabila May Sweetha pernah diundang sebagai salah-satu panelis dalam Talkshow “Menjalani Makassar” pada Festival Buku dan Literasi Dinas Pariwisata Makassar, 2024. Apa yang diperjuangkan Lala tak hanya soal dirinya. Ia merasa punya tanggungjawab yang besar untuk terus bisa memastikan pemenuhan haknya sebagai seorang difabel dan juga seluruh penyandang difabel khususnya orang-orang terdekatnya.
Lala menyadari dengan jelas kurangnya representasi difabel pun dengan rekognisi mereka, tak hanya di politik, namun juga di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, hingga pertahanan negara.
Ia mengungkapkan dirinya merasa memiliki tanggungjawab yang besar dipundaknya untuk bisa memastikan kesetaraan dirinya dan teman-temannya.
Makanya, saat mendapat kesempatan membawakan materi seminar, saat bertemu dengan banyak orang, pun di dalam kelas, ia gencar untuk selalu menyelipkan perspektif inklusi difabel dalam perbincangannya.
Saat ini, ia juga aktif membagikan video kesehariaanya untuk memperlihatkan cara seorang penyandang tuna netra hidup. Ia menyadari tak sedikit orang yang berpikir jika seorang difabel tak bisa hidup mandiri tanpa bantuan besar dari orang lain.
Lala mematahkan stigma tersebut dengan membagikan caranya melakukan banyak hal seperti mencuci, memasak, berkuliah, bekerja dan berdaya. “Harapannya, apa yang saya lakukan bisa bermanfaat untuk orang di sekitar saya, dan setiap tempat menjadi ruang yang terbuka dan menerima siapa saja tanpa diskriminasi,” tambahnya. (*)