BONE, FAJAR – Bandara Arung Palakka terkatung-katung. Rencana perluasan terhambat pembebasan lahan.
TAK ada anggaran untuk proyek perluasan itu. Pemkab Bone sebenarnya mengajukan dana perimbangan atau dana transfer provinsi, namun tak terwujud.
Kucuran dana untuk perluasan bandara yang seyogianya diajukan pada 2024, namun batal dilakukan provinsi.
“Itu (perluasan bandara) tidak jadi, karena sumber dana dari BKP (Bantuan Keuangan Provinsi) tidak turun,” jelas Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah Budiono (BKAD) Bone Budiono kepada FAJAR, kemarin.
Perluasan bandara ini menjadi bagian dari rencana untuk meningkatkan sarana transportasi ke Bone yang disebut akan mendongkrak ekonomi daerah dengan penduduk terbesar di wilayah timur Sulsel ini.
Perluasan ini akan meningkatkan kapasitas bandara untuk menerima jenis pesawat yang lebih besar seperti Boeing.
Rencana perluasan bandara ini telah diajukan sejak awal tahun dengan rencana penganggaran sebesar Rp10 miliar melalui APBD Bone.
Perluasan bandara sebelumnya akan ditingkatkan dari panjang landasan pacu (runway) 1.400 meter, menjadi 2.500 meter. Soal kepastian penganggaran kembali pada 2025, Budiono belum bisa menjanjikan.
Setahun Vakum
Sementara itu hingga akhir tahun ini, operasional Bandara Arung Palakka juga dilaporkan masih belum berjalan. Dengan demikian tercatat hampir setahun bandara itu menganggur.
Pun belum ada kepastian terkait rencana operasional ini, baik dari provinsi maupun Otoritas Bandara Arung Palakka sendiri.
“Jadi belum ada (operasionalnya), Dek,” ujar Kepala Kantor Unit Peneyelenggara Bandar Udara (UPBU) Arung Palakka Bone Andi Indar Gunawan saat dikonfirmasi.