FAJAR, BONE-Distribusi logistik di sejumlah wilayah Kabupaten Bone membutuhkan usaha ekstra. Kondisi akses menjadi kendala utama dalam proses pengantaran ke berbagai daerah terpencil.
Hal ini dirasakan Ketua PPK Cenrana, Bone, Akramuddin. Tiga desa di wilayahnya, yaitu Desa Latonro, Pasunge, dan Laoni, sama sekali tidak memiliki akses darat. Akibatnya, pengiriman logistik ke desa-desa tersebut harus dilakukan dengan menggunakan perahu yang melintasi sungai dan laut.
Sementara itu, dua desa lainnya, yakni Desa Ajallasse dan Pallime, sebenarnya memiliki akses darat. Namun, demi efisiensi, logistik untuk kedua desa ini juga akan dikirim menggunakan perahu.
“Ketika logistik mau dibawa ke desa-desa tersebut, memang harus menggunakan perahu karena aksesnya melalui laut. Ajallasse dan Pallime sebenarnya bisa dicapai lewat darat, tapi untuk efisiensi, kami putuskan untuk mengangkutnya sekaligus menggunakan perahu,” ujar Akramuddin.
Proses pengantaran ini bukanlah perkara mudah. Tingginya risiko disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu. Bahkan, logistik yang sudah tiba di ibu kota kecamatan sejak kemarin masih belum dapat dikirimkan.
“Bone belakangan ini sering diguyur hujan. Kami khawatir logistik akan rusak jika terkena air. Oleh karena itu, persiapan penyeberangan harus dilakukan dengan matang,” jelasnya.
Menurutnya, jika kondisi cuaca masih belum mendukung, pihaknya akan menambah jumlah perahu untuk membawa logistik dalam jumlah lebih sedikit agar lebih aman di perjalanan.
“Sebenarnya logistik bisa diangkut dalam satu perahu, tetapi risikonya terlalu besar. Kami harus memastikan agar logistik tidak terkena air. Semua ini masih kondisional, terutama karena gelombang laut kadang sangat tinggi,” tandasnya.
Berkaca pada pemilu sebelumnya, pengantaran logistik di wilayah ini memang berat. PPK sering kali harus berjibaku dengan ombak besar dan cuaca ekstrem. Selain wilayah Cenrana, kesulitan serupa juga dirasakan di Tellu Limpoe.
PPK Tellu Limpoe, Awi, menyebut, jalan berlumpur menjadi hambatan utama di daerahnya. Kondisi tersebut bahkan tidak memungkinkan kendaraan roda empat untuk melintas. “Kami sampai harus menyewa ojek untuk mengantar logistik,” ujarnya.
Tiga desa di wilayahnya, yakni Desa Pallawa, Sadar, dan Tapong, memiliki akses jalan yang sangat sulit dilalui. Para pengantar logistik harus rela menempuh perjalanan berlumpur hingga tiga jam dengan menggunakan motor.
“Bayangkan, satu TPS saja membutuhkan tiga motor ojek. Jarak dari Kantor Desa Pallawa ke Dusun Labole itu bisa memakan waktu tiga jam. Kalau jalan kaki, waktu tempuhnya bisa mencapai delapan jam,” ungkap Awi.
Pada pemilu sebelumnya, pihaknya bahkan harus berjalan kaki untuk mengantarkan logistik karena medan yang sangat sulit. “Bahkan menggunakan motor pun terkadang tidak bisa melintas,” tambahnya.
Ketua KPU Bone, Yusran Tajuddin, mengakui, pengantaran logistik ke sejumlah titik di Kabupaten Bone memang menghadapi banyak tantangan. Beberapa wilayah bahkan harus dilalui melalui kabupaten tetangga karena tidak adanya akses langsung dari dalam kabupaten. “Beberapa wilayah memang menggunakan motor untuk distribusi logistik, seperti di Tellu Limpoe dan Bontocani,” jelasnya. (ashari/ham)