English English Indonesian Indonesian
oleh

Ekspedisi Bajau Sulawesi Dimulai: Jelajahi Tradisi Bahari dari Teluk Mandar hingga Kepulauan Banggai

FAJAR, POLMAN- Komunitas Bahari Mandar memulai perjalanan epik bertajuk Ekspedisi Bajau Sulawesi. Berangkat dari Desa Bala, Kecamatan Balanipa, Polman, ekspedisi ini melibatkan pelayaran sepanjang 2.000 km selama 50 hari, menjelajahi sisi barat hingga timur Pulau Sulawesi.

Ekspedisi ini akan melalui lima etape: Teluk Mandar – Makassar, Makassar – Kepulauan Sembilan, Kepulauan Sembilan – Pulau Kabaena, Pulau Kabaena – Kendari, dan Kendari – Kepulauan Banggai.

Ketua Komunitas Bahari Mandar, Muhammad Ridwan Alimuddin, menjelaskan bahwa ekspedisi ini bertujuan mengumpulkan informasi kontemporer tentang kehidupan suku-suku berorientasi bahari di sekitar Pulau Sulawesi. Fokusnya adalah pada jejak suku Bajau, mulai dari Teluk Mandar, Kepulauan Spermonde di Selat Makassar, Kepulauan Taka Bonerate di Laut Flores, hingga Kepulauan Banggai.

“Kami akan mendokumentasikan berbagai aspek budaya Bajau, seperti istilah Bajau dalam toponimi pulau kecil, teknik pembuatan perahu, folklore, serta tradisi lainnya,” ujar Ridwan.

Ekspedisi ini melibatkan dua perahu utama: Perahu Riset Nusa Pustaka dengan kru Ashari, Abd. Kadir, dan Syamsi, serta Perahu Palippis Indah dengan pelaut Guswan, anggota Korpala Unhas, dan pelaut Mandar, Pua Pia atau Arif.

Perahu sandeq, yang digunakan dalam ekspedisi ini, merupakan simbol kebanggaan suku Mandar. Dikenal sebagai perahu layar tercepat di kawasan ini, sandeq mampu melaju hingga 15-20 knot (30-40 km/jam) dengan angin yang baik. Dengan desain bercadik yang terus berevolusi, perahu ini telah menjadi puncak inovasi dari warisan perahu Austronesia.

“Perahu sandeq sangat tangguh, hemat biaya, dan mudah dioperasikan, menjadikannya pilihan utama untuk ekspedisi jarak jauh,” tambah Ridwan.

Selain pelayaran, ekspedisi ini juga mencakup kegiatan riset, diskusi budaya, pemutaran film, serta partisipasi dalam Festival Bajau di Luwuk, Banggai.

Ekspedisi ini tidak hanya menjadi perjalanan fisik melintasi lautan, tetapi juga perjalanan budaya untuk melestarikan dan mendokumentasikan tradisi bahari yang menjadi identitas masyarakat Sulawesi. (*)

News Feed