Menurut Asia Ramli, naskah teater ini disusun berdasarkan riset mendalam dari berbagai sumber sejarah. Cerita dibagi menjadi tiga babak, dengan beberapa adegan di setiap babaknya. Penanda babak dan adegan akan didukung oleh teknologi video mapping animasi, musik, dan pencahayaan (lighting) yang artistik.
Tantangan utama dalam mengangkat kisah ini adalah menjaga akurasi sejarah. Oleh karena itu, kami melakukan riset menyeluruh dengan mengumpulkan buku-buku dan artikel tentang perjalanan hidup Sultan Hasanuddin. Tim kami juga menemui sembaya di Gowa untuk memperoleh data tambahan serta berkonsultasi dengan berbagai pihak guna memastikan akurasi naskah.
“Dialog yang ada sebagian besar berasal dari pernyataan Sultan Hasanuddin yang tercatat di berbagai sumber, sementara sisanya merupakan interpretasi berdasarkan analisis literatur yang telah kami kumpulkan,” jelas Asia Ramli.
Ami Ferdinand Mallaloang, yang memerankan Sultan Hasanuddin, juga berbagi pengalaman mengenai tantangannya sebagai aktor utama. “Kesulitannya terletak pada upaya memahami alur cerita dan membangun karakter Sultan Hasanuddin secara mendalam. Saya harus banyak belajar tentang sejarahnya, kepribadiannya, serta kesehariannya. Proses ini tidak mudah, tetapi sangat berharga,” ungkap Ferdinand. (*)
Oleh: Finansia, Wulandari, Asriadi, mahasiswa UNM yang magang di FAJAR